Peristiwa

Peduli Sesama, IJTI Papua Barat Beri Bantuan Warga Terdampak Gelombang Air Lait Ekstrim

Bagikan ini:

SORONG,sorongraya.co- Pengurus Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pengda Papua Barat menyerahkan bantuan kepada warga terdampak gelombang air laut ekstrim, Selasa, 22 Februari 2022.

Ketua IJTI Pengda Papua Barat, Chanry Andrew Suripatty mengatakan, ini merupakan aksi kemanusiaan membantu saudara-saudara kita yang berada di kawasan Jembatan Puri, Klademak II Pantai yang menjadi korban gelombang air laut ekstrim.

” Kita juga akan mendorong bagi masyarakat lainnya melalui informasi-informasi yang kami siarkan sehingga warga yang terdampak ini bisa mendapat bantuan,” ujar Chanry.

Karena Papua ini adalah tanah yang penuh dengan kasih, makanya kami mendorong agar seluruh masyarakat dapat saling membantu dalam hal kemanusiaan.

” Bantuan yang kami berikan lebih diutamakan kepada anak-anak karena mereka rentan dengan penyakit. Bantuan yang ada berupa selimut, pempers, makanan siap saji (mi instant dan pop mie) serta air mineral,” tambah Chanry.

Sementara itu, salah satu warga terdampak, sebut saja Thomas Rawiyai mengatakan, dirinya beserta saudara-saudaranya turut menjadi dampak gelombang air laut ekstrim.

” Ada rumah yang di dalamnya terdapat 4 KK dan beberapa rumah lainnya terdampak hantaman gelombang air laut ekstrim,” ujarnya.

Thomas menceritakan, sejak malam kami sudah meraskan bahwa akan ada gelombang air laut ekstrim, hanya saja air laut surut. Nanti, sekitar pukul 06.00 WIT air laut mulai pasang di tambah gelombang yang disertai angin kencang. Tepat pukul 09.00 WIT gelombang air laut semakin deras disertai angin kencang.

” Dari peristiwa tersebut kami sekeluarga tak dapat menyelamatkan semua barang-barang. Hanya barang berharga, termasuk ijazah yang dapat diselamatkan. Meski demikian, tidak ada korban jiwa,” kata Thomas.

Warga yang terdampak langsung, rumahnya hancur di hantam gelombang air laut ekstrim sangat membutuhkan bantuan makanan dan pakaian.

” Jumlah korban inikan sangat banyak, tidak mungkin kami tidur di rumah orang. Mau tak mau kami harus tidur di tenda pengungsian. Untuk itu, alas untuk tidur juga kami butuhkan,” ujar Thomas.


Bagikan ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.