MetroTanah Papua

Dies Natalis HMI Ke 78: Relevansi dan Transformasi Gerakan HMI diera Digital

×

Dies Natalis HMI Ke 78: Relevansi dan Transformasi Gerakan HMI diera Digital

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

SORONG, sorongraya.co – Kini HMI telah memasuki usia yang ke 78 tahun, usia ini tidak muda sejak didirikannya HMI oleh Alm. Ayahanda Prof. Lafran Pane pada 5 februari 1947 hinga 5 februari 2025. Dari historis sejarah alasan berdirinya HMI yang paling kuat adalah keinginan memperhatikan dan mengkoordinasikan kepentingan mahasiswa.

Selain alasan diatas ada beberapa alasan juga diantaranya, situasi politik Indonesia yang belum stabil, masih ada upaya Belanda dan penjajah untuk kembali menguasai Indonesia, perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, banyak mahasiswa Islam yang belum memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta kebutuhan penghayatan keagamaan di kalangan mahasiswa Islam.

Menariknya Lafran Pane pada masa itu ketika mendirikan HMI statusnya juga adalah mahasiswa di Universitas Islam Indonesia (UII) yang dulunya Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jogjakarta. Artinya dalam proses perjalanan pergolakan keumatan dan kebangsaan pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan bangsa Indonesia beliau dan beberapa mahasiswa pada masa itu sangat mengamati situasi yang terjadi, baik secara pergerakan, keilmuan, perbedaan ideologi, dan perbedaan kepentingan serta gerakan-gerakan ideologi yang terus bergerak dalam pempengaruhi kalangan mahasiswa dan aktivisi.

Jadi bisa kita katakan bahwa HMI didirikan sangat kontekstual dengan jaman pada masa itu. Namun pertanyaannya apakah HMI di milad ke 78 tahun ini masih kontekstual dengan jaman sekarang, masih relevansikah gerakannya, bagaimana metodenya pergerakannya, bagaimana pemikirannya, bagaimana polanya gerakan kebangsaan dan keumatannya, atau bahkan HMI lebih memilih di posisi “zona aman”.

Wajar saja jika kita bertanya dimana HMI? Apakah HMI hanya sibuk soal-soal struktural saja, HMI yang hanya rapat saja ketika menjalankan proses-proses mekanisme internal. Ingat banyak problem kebangsaan dan keumatan yang terjadi belakangan ini, tapi HMI lebih memilih posisi tak bergerak.

HMI perlu mentranformasi gerakannya agar lebih kontektual dengan era dan jaman, sehingga lebih responsif terhadap pokok-pokok persoalan kemahasiswaan, kedaerahan, keumtan dan kebangsaan. HMI harus menyadari bahwa eksistensi HMI tetap berada ditengah-tengah mahasiswa dan kampus, HMI berada dalam pergolakan sosial kemasyarakatan, dan HMI berada dalam situasi dan kondisis kebangsaan dan gerakan dunia. Problem ini tidak bisa dihindari tapi HMI harus mampu membaca dan terus ikut dalam menjaga situasi keumatan dan kebangsaan sebagaimana telah diamanahkan dalam alasan berdirinya HMI dan dalam tujuan HMI yakni “terbentuknya masyarakat adil makmur”.

Dalam era digital sekarang segala ide, pemikiran, konsep dan gagasan serta gerakan-gerakan sosial bisa dituangkan dalam ekosistem platform media sosial yang telah tersedia. Ada beberapa contoh gerakan sosial dan yang bisa merobos pemangku kepentingan masa kepemimpinan presiden sebelum sekarang. Bisa sama-sama kita search dan cek gerakan model seperti itu adalah gerakan yang cepat dan viral seindonesia bahkan menjadi sorotan dunia. Gerakannya sederhana, hanya lewat flayer tapi dampaknya ada dan cepat di respon. Nah ini lah maksud saya, pola gerakan kita mesti rubah, harus lebih kontektual dengan era dan jaman (era digital).

Gerkan sosial yang berbasis pada gerakan digital yang kita maksud adalah aktvitas di media sosial untuk memperjuangan isu-isu sosial, ekonomi, politik, lingkungan dan lain-lain. Kenapa, karena gerakan di media sosial bisa menjadi wadah gerakan taktis untuk berkomunikasi, mengorganisir dan mendapatkan publikasi yang luas. Gerkan ini bisa kita lakukan dengan muda asalkan opini publiknya tepat pada pokok permasalahan yang relevan.

Caranya tentu, dengan membuat kumpulan pagar/tagar khusus di media sosial, menggunakan tagar atau hastag untuk mengkomunikasikan ide dan gagasan, memanfaat segala platform media sosial untuk membangun opini publik, menggunakan media sosial sebagai gerakan bersama secara digitalisasi yang berkisinangbungan dan terus menerus. Walaupun dalam gerakan yang berbasis pada media sosial masih kurang efeknya secara kebijakan/regulasi namun sebagai generasi muda dan mahasiswa, tentu HMI harus tetap dan terus berkarya untuk Umat dan Bangsa dengan gerakan-gerakan sosial yang lebih relevan dan kontekstual.

Penulis  : Alfaris YazirPenulis
Jabatan : Wakil Sekretaris Umum MW KAHMI PBD

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.