MANOKWARI,sorongraya.co– Sahabat Jaringan Damai Papua (JDP), Yan Christian Warnussy,S.H menyela pernyataan Kepala Penerangan Kodam XVII/ Cenderawasih, Kolonel Inf.Muhammad Aidi yang menilai pandangan Kordinator JDP, Pater Neles Tebay tentang “gencatan senjata”.
Apalagi dia mempertanyakan eksistensi Patet Neles Tebay soal konflik di Tanah Papua, justru menurut Warinuussy, Kolonel Aidi yang tidak paham dan kurang informasi mengenai siapa Pater Neles Tebay dan apa perannya dalam soal upaya penyelesaian konflik di Tanah Papua.
“Bagi saya Pater Neles Tebay mengusulkan tentang pentingnya “gencatan senjata” diantara TNI dan Polri di satu pihak dan Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB). Hal itu karena bagian dari upaya membangun perdamaian di Tanah Papua memang harus dimulai dari adanya kemauan dari para pihak yang selama ini berkonflik tersebut untuk menghentikan kontak senjata kemudian duduk berbicara atau berunding membangun perdamaian” tulis Yan Warinuusy melalui keterangan persnya yang diterima sorongraya.co, Sabtu 13 Oktober 2018.
Aktivis HAM Papua ini mengatakan, konflik termasuk dengan senjata api sebagai bagian dari model pendekatan keamanan (security approach) yang selama ini menjadi pilihan negara justru senantiasa menimbulkan kekerasan dengan menelan korban di pihak rakyat sipil Papua. Bahkan senantiasa mengeruk jumlah anggaran negara dan daerah di Tanah Papua yang sangat besar.
Sehingga justru terkadang menjadi “faktor penghambat” pembangunan nasional dan daerah di bumi Cenderawasih tercinta ini. Selain itu, apa yang disampaikan Neles Tebay adalah merupakan bagian dari tugas misinya sebagai tokoh kunci dialog Papua-Jakarta yang ditunjuk resmi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tanggal 14 Agustus 2017 di Istana Merdeka, Jakarta.
Tebay ditunjuk bersama-sama dengan Wiranto (Menko Polhukam) dan Teten Masduki. Selain itu, Tebay adalah seorang intelektual asli Papua dari kalangan Gereja Katolik yang banyak mengetahui tentang situasi sosial politik di Tanah Papua. Sehingga sarannya tersebut cukup relevan dan seharusnya dipahami sebagai bagian dari peran umat dan gereja Katolik dalam mengakhiri konflik dengan pendekatan dialog damai tersebut.
“Sebaiknya saudara Kolonel Inf.Aidi dipertimbangkan untuk diganti dari posisinya sebagai Kapendam karena kurang informatif dan kurang strategis dalam menanggapi pernyataan serta saran konstruktif Pater Neles Tebay dalam membangun perdamaian di Tanah Papua” pintanya.
Sebagai salah satu Advokat dan Pembela HAM di Tanah Papua, Yan Warinussy sependapat dengan Pater Neles Tebay bahwa upaya membangun perdamaian di negeri ini mesti dimulai dari adanya kemauan negara Indonesia mengakhiri model pendekatan keamanan dengan pendekatan dialog.
Itulah sebabnya para pihak yang selama lebih dari 50 tahun bertikai tersebut harus mau menghentikan kekerasan bersenjata dan memulai langkah dialog sbg pendekatan terbaru. Pada baguan itulah para tokoh kunci dialog damai seperti Pater Tebay perlu tampil memberi saran, masukan dan pikiran yang tak perlu ditakuti atau dimusuhi sekalipun oleh siapapun.
“Sebab jika pihak negara tidak sependapat untuk mengakhiri konflik bernuansa kontak senjata yang sudah lebih dari setengah abad berlangsung di Tanah Papua, Itu sama artinya pihak tersebut tetap tidak suka melihat Tanah Papua menjadi Tanah yang Damai” tandasnya.[***]