KAIMANA, sorongraya.co – Pemerintah Kabupaten Kaimana bantah adanya isu gizi buruk yang menimpa balita asal Kampung Fudima, Distrik Arguni, Kabupaten Kaimana. Bantahan tersebut disampaikan langsung oleh Bupati Kaimana Matias Mairuma didampingi Wakil Bupati Ismail Sirfefa dalam jumpa pers yang dilaksanakan pada Kamis kemarin 8 Maret 2018.
Kata Mairuma, kasus gizi buruk tidak pernah terjadi di Kaimana apalagi pada kondisi potensi alam Papua yang begitu besar sehingga kecil kemungkinan kalau ada masyarakat yang mengalami gizi buruk.
“Kalau bicara gizi buruk di Papua dan Papua Barat ini sangatlah tidak masuk akal karena masyarakat kita disini selalu hidup dengan alam yang sudah menyediakan begitu banyak sumber makanan untuk masyarakat, sehingga sangat tidak masuk akal kalau di Papua terlebih khusus di Kaimana ini ada kasus gizi buruk,” ujar Matias Mairuma di ruang rapat kantor Bupati Kaimana.
Jumpa pers yang berlangsung kurang lebih satu jam itu dihadiri pihak RSUD Kaimana yang diwakilkan oleh dokter yang menangani pasien, pihak Dinas Kesehatan, Kepala Kampung Fudima dan juga beberapa pihak terkait lainnya.
dr. Yudis yang menangani tiga pasien diduga gizi buruk mengatakan bahwa gizi buruk tidak pernah terjadi di Kaimana dan tidak pula pada pasien yang dirawatnya. Dari hasil pemeriksaan para pasien itu mengalami infeksi usus, infeksi paru-paru, infeksi telinga dan malaria.
Lebih lanjut dr. Yudis menerangkan bahwa para pasien yang dimaksud berma David (2,6) tahun warga Jarati masuk RSUD pada tanggal 26 Februari dengan keluhan lemas, demam, nafsu makan menurun bahkan ada nanah dikedua telinga dan pernafasannya tidak normal, setelah dilakukan rontgen ditemukan bahwa terindikasi mengindap inveksi paru-paru.
Jahlia Rohroh Mana 1 tahun 4 bulan merupakan warga Fakfak yang kebetulan transit di Kaimana dan dilakukan perawatan di RSUD Kaimana. Saat datang pertama dengan berat badan 5 kg dengan keluhan seluruh mulutnya terkena sariawan serta mengalami diare. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tersebut mengidap infeksi paru-paru dan perut. Usai menjalani perawatan selama 21 hari pasien ini kemudian dipulangkan dengan berat badan 5,8 kg.
Rivaldo Waita yang dibawa oleh ibunya bernama Hatija Ufnia tiba di RSUD Kaimana dengan berat badan 20 Kg, HB 2,7, dengan keluhan lemas dan pucat. Setelah dirawat oleh dokter akhirnya Rivaldo pulang atas permintaan sendiri ketika ibunya meninggal saat perawatan dengan kondisi kesehatan terkahir HB meningkat 6,7.
Sekretaris Desa Fudima, Hasanudin Werfete merasa terkejut setelah mendengar kasus gizi buruk yang menimpa warganya. “Saya pertama mendengar informasi ini sangat kaget. Untuk Rivaldo dan mamanya ini ketika sakit mereka belum ke puskesmas ketika sakitnya mulai parah baru mereka dibawa ke puskesmas dan akhirnya dibawa oleh kepala puskesmas ke RSUD Kaimana. Kalau untuk gizi buruk kami rasa tidak, karena makan tersedia. Mungkin karena sakitnya ini sehingga mereka terlihat kurus,” ujarnya.
Wakil Bupati Kaimana, Ismail Sirfefa mengatakan kedepan pihaknya akan melakukan sosialisasi tentang pola hidup sehat agar bisa lebih aktif untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan yang disudah disediakan pemerintah.
“Ketika mereka tidak hidup sehat maka mudah terserang penyakit dan akhirnya berat badannya menurun. Apalagi mereka baru mau ke puskesmas ketika sakitnya sudah sangat parah. Ini juga yang harus kita berikan pemahaman kepada mereka, agar pola hidup mereka bisa berubah,” ungkapnya. [ode]