Masyarakat adat Kofiau berserta Pemerintah Raja Ampat saat menggelar doa bersama buka Sasi Laut. (Foto: Derek Mambrasar)
Metro

Buka Sasi Laut, Pemda R4 dan Masyarakat Kofiau Gelar Doa Bersama

Bagikan ini:

KOFIAU, sorongraya.co- Pemerintah Kabupaten Raja Ampat bersama masyarakat Kofiau (Misol Barat) menggelar doa bersama saat membuka Sasi laut. Kegiatan yang dilakukan ini dalam rangka Sail Trip Festival Bahari Raja Ampat 2018 yang melintasi Kepulauan Fam, Kofiau dan Misool. Sabtu, 20/10/18.

Berlangsung di pantai Kofiau, kegiatan ini dibuka oleh Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati, turut hadir Dandim 1805, Letkol Inf. Paulus Kaiba, Kapolres Raja Ampat, Edy Setyanto Wibowo, Sekda Raja Ampat, Yusup Salim, Anggota DPRD Raja Ampat, Pdt Karlos kaisuku STh, Viera Watem dari Komisi A, Renold Bula dari Komisi C serta para OPD di lingkup pemerintah kabupaten Raja Ampat.

Sebelum doa bersama dilaksanakan, Bupati Kabupaten Raja Ampat, Abdul Faris Umlati SE, Mengatakan Festival Bahari Raja Ampat 2018, merupakan program pemerintah yang di bawah Kemenpar RI yang dilaksanakan dari kampung ke kampung untuk lebih mengenal wisata Raja Ampat ke pentas wisata dunia. Salah satunya memperkenalkan budaya Sasi di raja ampat yang masih dipertahankan masyarakat hingga saat ini

“Jadi festival Bahari Raja Ampat 2018 ini dilaksanakan di kampung, Bukan hanya di kota waisai saja,” kata Faris

Lanjut Faris, sasi merupakan pemanfaatan pengambilan hasil dalam jangka waktu yang ditentukan oleh masyarakat adat dalam menjaga ekosistem laut dan serta satwa yang ada di dalamnya.

“Dengan adanya Sasi ini hasilnya juga banyak, misal Lobster, lola, teripang, serta jenis ikan lainnya,” ujar Faris

Ia juga mengajak masyarakat agar tetap pertahankan budaya leluhur yang bertujuan menjaga kelestarian alam dan keanekaragaman hayati dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat dalam memanfaatkan alam laut khususnya di Kofiau.

Sementara itu, Manajer The Nature Conservancy (TNC), Lucky mengatakan Prosesi pembukaan Sasi ini adalah suatu adat budaya yang sudah jarang ditemui di daerah lain. Ia mengapresiasi masyarakat raja ampat yang sampai saat ini masih mempertahankan adat Sasi.

“Ini agar sumberdaya daya alam raja ampat tetap terjaga menjadi manfaat bagi masyarakat,” terangnya.

Seperti diketahui, Prosesi Sasi ini dilakukan dengan menggunakan sirih pinang oleh tokoh-tokoh adat setempat dengan larangan pengambilan atau penangkapan hasil laut selama satu tahun. [drk]


Bagikan ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.