SORONG,sorongraya.co- Pemerintah Kota Sorong melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) menggelar Rapat Koordinasi Konvergensi Percepatan Penurunan dan Pencegahan Stunting Tahun 2025, Rabu, 29 Oktober 2025.
Kegiatan ini merupakan rapat koordinasi kedua yang diselenggarakan dalam rangka memperkuat sinergi lintas sektor untuk menekan angka stunting di wilayah Kota Sorong.
Rapat tersebut bertujuan untuk memantau progres penginputan data empat aksi konvergensi penurunan stunting yang dilaksanakan oleh masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

Sekretaris Bappeda Kota Sorong, Efone Thenu, dalam arahannya menjelaskan bahwa sejak dua tahun lalu aksi konvergensi terdiri dari delapan tahapan. Namun, mulai tahun 2025, sesuai kebijakan Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah (BANGDA), aksi tersebut disederhanakan menjadi empat tahapan utama, yakni Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan/Implementasi, dan Evaluasi.
“Penyederhanaan ini dilakukan agar pelaksanaan program menjadi lebih efisien. Meskipun jumlah aksi dikurangi, substansinya tetap sama,” ujar Efone Thenu.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa saat ini Kota Sorong telah memasuki tahapan keempat, yaitu evaluasi. Namun demikian, masih terdapat beberapa OPD yang belum menyelesaikan proses penginputan data program, terutama pada tahap perencanaan dan analisis.
“Hal ini terjadi karena sistem pelaporan kami terkoneksi langsung dengan BANGDA, sehingga beberapa data intervensi belum sepenuhnya ter-input. Rapat hari ini diharapkan dapat mempercepat progres penginputan tersebut,”jelasnya.
Dalam pelaksanaannya, Bappeda Kota Sorong memiliki peran strategis dalam mengoordinasikan penginputan data program dan kegiatan, melakukan analisis efektivitas program, serta melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan intervensi di masing-masing OPD.
Tahun 2025 ini, Kota Sorong berhasil meraih peringkat kedua dalam penilaian pelaksanaan program penurunan dan pencegahan stunting tingkat Provinsi Papua Barat Daya. Penghargaan tersebut menjadi bukti komitmen pemerintah daerah dalam menekan angka stunting di wilayahnya.
Efone Thenu menuturkan, meskipun capaian tersebut membanggakan, angka stunting di Kota Sorong masih tergolong tinggi. Kondisi ini salah satunya dipengaruhi oleh karakteristik Sorong sebagai daerah penyangga, di mana banyak penduduk dari kabupaten dan kota sekitar yang bermigrasi dan berdomisili di Sorong.
Hal tersebut berdampak pada peningkatan jumlah populasi dan memengaruhi perhitungan persentase angka stunting.
Upaya penurunan stunting di Kota Sorong melibatkan berbagai OPD, terutama yang berhubungan langsung dengan pelayanan masyarakat, seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pengendalian Penduduk dan KB, serta Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Program intervensi yang dijalankan meliputi pemberian makanan bergizi bagi anak dan ibu hamil, penyuluhan di posyandu, serta pendampingan remaja putri untuk pencegahan stunting sejak dini.
“Secara umum, implementasi program berjalan baik dan terarah. Upaya lintas sektor menunjukkan hasil positif, meskipun tantangan masih ada, terutama dalam akurasi data dan penginputannya,”tutup Efone Thenu.
Ke depan, Pemerintah Kota Sorong akan terus memperkuat koordinasi dan kolaborasi antar-OPD serta mendorong pelaksanaan program intervensi yang berkelanjutan demi mewujudkan generasi Sorong yang sehat, cerdas, dan bebas stunting.















