SORONG,sorongraya.co- Kegiatan paralegal yang diselenggarakan Perhimpunan Bantuan Hukum Keadilan dan Perdamaian (PBHK) Sorong sangat penting bagi pemuda katolik yang ada di Kota maupun Kabupaten Sorong.
Dengan ilmu yang di dapat dari legiatan ini, nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh konkretnya, yakni memberikan pendampingan terhadap pihak-pihak yang sedang bermasalah.
Meskipun kegiatan paralegal ini telah selesai, selanjutnya kami akan melakukan investigasi dan pemetaan masalah yang dihadapi Orang Asli Papua, khususnya masalah Hak Asasi Manusia (HAM),” kata Yulianus Taa, Sabtu, 09 Juli 2022.
Selain itu, pemuda katolik yang ada di kota dan kabupaten Sorong akan membentuk tim paralegal sehingga dapat memberikan pendampingan kepada masyarakat yang membutuhkan.
” Banyak masalah yang kami.jumpai di tengah-tengah masyarakat, salah satunya adalah masalah sosial. Ketika terjadi masalah, masyarakat selalu menyerahkannya ke polisi. Namun, dengan hadirnya tim paralegal kami siap membantu masyarakat yang membutuhkan,” ujar Yulianus.
Diakui oleh Yulianus bahwa masalah sosial inikan banyak dan tidak mungkin kami bisa melakukan investigasi satu-persatu. Makanya, tergantung dari masyarakat yang mengadu.
Yulianus menambahkan, dirinya bersama teman-teman yang telah mengikuti kegiatan paralegal secepatnya akan melakukan investigasi terhadap permasalahan sosial yang terjadi, selain di masyarakat, juga pemerintah dan swasta.
Ilmu yang di dapat selama mengikuti kegiatan paralegal ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
” Memberikan pemahaman hukum kepada kaum yang tertinda,” kata Novita Kosamah, salah satu peserta kegiatan paralegal.
Novita pun mengajak perempuan Papua lainnya agar turut serta menjaga hak-hak kaum perempuan. Jika terjadi permasalahan, perempuan Papua juga dituntut dapat menyelesaikannya dengan menerapkan ilmu yang di dapat dari kegiatan paralegal ini.
Meski secara langsung belum pernah melihat masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terjadi, sebagai kaum perempuan tentunya akan terjun langsung membantu serta mendampingi langsung korban KDRT,” beber Novita.
Mahasiswi Saint Paul ini lebih lanjut mengatakan, ilmu yang kami dapat selama tiga hari mengikuti kegiatan paralegal memberikan manfaat positif, tidak hanya pihak yang tengah menghadapi masalah maupun pendamping.