JAKARTA, sorongraya.co – Wakil Gubernur Provinsi Papua, Klemen Tinal, SE.,MM, menegaskan kasus penembakan dan pembunuhan puluhan karyawan PT. Istaka Karya di Distrik Yigi – Mbua, Kabupaten Nduga beberapa waktu lalu tidak perlu ada asumsi liar, karena kasus ini murni tindakan kriminal yang dilakukan Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB).
“Saya imbau masyarakat Papua, khususnya Kabupten Nduga untuk tetap tenang, apalagi kita akan merayakan hari Natal. Tunjukan bahwa orang Papua itu punya Kasih. Tapi kalau kita membawah kebencian maka Kasih itu belum sempurna,” ucap Klemen Tinal, usai menerima Penghargaan Predikat Kepatuhan 2018 dari Ombudsman RI di Jakarta, Senin 10 Desember 2018 malam.
Menurut Klemen, tragedi ini adalah tindakan yang biadap, sehingga aparat keamanan harus segera mengusut tuntas dan menghukum para pelaku.
“Jangan lagi bicara hukum adat. Saya juga anak adat dari wilayah Nduga. Jangan tipu-tipu, jangan main bunuh orang sembarang. Kalau gentleman berhadapan dengan aparat keamanan, bukan membunuh masyarakat sipil,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi Papua turut berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya untuk keluarga korban. “Kita tidak bisa jadikan kasus ini sebagai contoh, karena dalam sejarah belum ada peristiwa seperti ini, dimana masyarakat sipil dibunuh secara brutal,” kata Klemen.
Mantan Bupati Mimika dua periode ini juga meminta management PT. Istaka Karya (Persero) untuk tetap membayar santunan bagi para korban dan memperhatikan keselamatan karyawannya. “Safety (keamanan ) itu yang diutamakan. Jangan mengutamakan pekerjaan cepat selesai, perusahaan juga salah,” katanya.
Selain itu, perusahaan yang mendapat pekerjaan di wilayah Papua, khusunya di wilayah pegunungan pun harus melibatkan masyarakat setempat.
Kemudian, kata Klemen, perusahaan harus membangun komunikasi dengan masyarakat setempat, sehingga masyarakat juga bisa menjamin keselamatan dari karyawan yang melakukan pekerjaan.
“Perusahaan harus utamakan keselamatan karyawan, jangan mau pekerjaan cepat selesai tepat waktu. Apalagi ini pekerjaan di tengah hutan, karena masyarakat yang menjadi korban ini kan mereka mencari makan,” ujarnya.[*]