Hukum & Kriminal Metro

Keluarga Korban Bullying di Sorong Damai, Satu Pelaku Dikeluarkan dari Sekolah

Bagikan ini:

SORONG,sorongraya.co- Kasus bullying yang berujung kematian seorang siswi di MTS Sains Algebra Kota Sorong akhirnya menemui titik terang. Pihak Kepolisian Resor Kota Sorong telah mempertemukan keluarga korban dengan pihak sekolah untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan.

Kasat Reskrim Polresta Sorong Kota AKP Arifal Utama mengatakan bahwa pihak kepolisian telah bertemu dengan keluarga korban dan pihak sekolah tadi, Senin, 20 Nopember 2023. Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa salah satu pelaku, yang merupakan ketua geng dikeluarkan dari sekolah. Sedangkan 5 pelaku lainnya diberikan pembinaan.

” Kami mengharapkan ataupun mengimbau kepada siswa-siswi yang merasa korban bully segera melapor ke kantor Polisi terdekat sehingga dapat cepat ditangani,” kata AKP Arifal Utama.

Kepala Unit (Kanit) Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Sorong Kota, Inspektur Dua Nelfince Rumbino menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan penyelidikan terhadap kasus ini.

Namun, karena tidak ada laporan polisi yang dibuat oleh keluarga korban, maka kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan.

” Ternyata sudah ada penyelesaian antara keluarga korban dengan sekolah. Kami tadi hanya bawa ke sini supaya sekolah kenapa sampai sudah ada penyelesaian tapi tiba-tiba ada salah satu pihak yang keberatan dengan pernyataan tadi,” kata Ipda Nelfince.

Nelfince mengaku bahwa keluarga korban tidak menuntut agar masalah ini di proses hukum.

Sementara Kepala Sekolah MTS Sains Algebra Kota Sorong, Syamsul Bahri Lesay saat dimintai keterangan enggan memberikan komentar.

” Saya harus berdiskusi kepada pimpinan dulu, karena masih ada Ketua Yayasan,” ujarnya.

Sebelumnya viral di media sosial bahwa remaja 13 tahun yang merupakan siswi MTs Sains Al Gebra Kota, KKP di duga di bully oleh sesama siswi sekolah tersebut. Akibatnya, KKP harus menjalani perawatan di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong pada hari Kamis, 17 Agustus 2023.

Korban bullying di duga mengalami depresi atau stres sehingga keluarga korban kemudian mendatangi sekolah meminta agar terduga bullying ditindak tegas, tetapi pihak sekolah tidak memiliki itikad baik untuk menyelesaikan masalah ini.

Karen Korban Bullying

Bahkan orang tua dari pelaku bullying bahkan membuat surat dengan tujuan memberikan uang kepada keluarga korban, tetapi keluarga korban tidak membutuhkan uang tersebut. Surat tersebut juga berisi pernyataan bahwa orang tua pelaku tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu.

Keluarga korban selalu mendatangi sekolah untuk menanyakan kelanjutan kasus ini, tetapi pihak sekolah selalu mengulur-ulur waktu. Bahkan, pada hari kematian adik korban, 9 Oktober 2023, salah satu pelaku datang dan berkata, “Lebih baik Karen meninggal.”

Pihak sekolah hanya memberikan sangsi berupa skor selama 5 hari kepada 6 pelaku bullying. Hal ini tidak sebanding dengan nyawa korban yang telah hilang. Bahkan, selama korban sakit dan koma, pelaku tidak pernah meminta maaf.

Keluarga korban menuntut keadilan untuk adik mereka. Mereka meminta agar 6 pelaku bullying dikeluarkan dari sekolah. Mereka juga meminta agar pihak sekolah bertanggung jawab atas kematian adik mereka.

Kasus ini menjadi perhatian publik karena merupakan kasus bullying yang berujung kematian. Kasus ini juga menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama para pelajar agar tidak melakukan bullying. Bullying merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan dan dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat serius.
.


Bagikan ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.