SORONG,sorongraya.co- Polda Papua Barat hingga saat ini masih melakukan penyidikan pasca peristiwa pembakaran SD YPPK St. Lukas Mamur, Kantor Distrik Kramongmongga, SMP Negeri 4 Kokas dan pembunuhan Kepala Distrik Kramamongga Darson Hegemur beberapa waktu lalu.
Kapolda Papua Barat, Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga dalam konferenai pers Rabu kemarin menyampaikan, peristiwa pembakaran SD YPPK St. Lukas Mamur, kantor Distrik Kramamongga dan SMP Negeri 4 Kokas serta pembunuhan Kadistrik Kramamongga, Darson Hegemur berawal dari pemeriksaan yang dilakukan kepolisian terhadap sejumlah saksi terkait dana desa yang di duga dipergunakan untuk menjaga eksistensi kelompok TPN-PB.
Kendati demikian, pihak kepolisian tidak percaya begitu saja sehingga dilakukan pengembangan lebih lanjut dan kita dapat mengungkap kasus ini.
” Dalam pengembangan kasus tersebut ditemukan barang bukti 1 buah granat dan selanjutnya pihak kepolisian mendalami terkait asal granat yang telah ditemukan,” ujar Kapolda Papua Barat, Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga, Rabu kemarin.
Kapolda mengaku bahwa kejadian ini pernah terjadi pada tahun 2019 dan pernah di tindak oleh Polres Fakfak. Namun, tidak bersih sehingga masih ada benih-benih dan sekarang mencoba melakukan aksi untuk menunjuk eksistensi.
Perwira berpangkat bintang dua itupun mengungkapkan, jumlah pelaku saat ini masih didalami karena terduga pelaku yang telah ditangkap tidak semua mengakui hal yang sama.
” Masih ada perbedaan keterangan antara pelaku yang ditangkap tersebut. Tapi nanti suatu saat pasti akan buka mulut dan singkron keterangan yang mana ada keterikatan antara pembakaran SD YPPK St. Lukas Mamur dengan aksi pembakaran kantor Distrik Kramongmongga dan SMPN 4 Kokas serta Kantor Distrik Fakfak Tengah,” terangnya.
Kapolda menyebut bahwa pengakuan dari para terduga pelaku yang telah ditahan merupakan seluruh rangkaian aksi oleh kelompok yang sama.
” Kita hadir di Fakfak untuk berkomunikasi dengan tokoh-tokoh adat dan agama untuk bersama-sama menyikapi kasus ini secara bijak,” kata DTM Siitonga.
DTM Silitonga mengaku, ada permintaan dari tokoh adat untuk penambahan personel dan Polsek.
” Kedepan kami akan menambah anggota Brimob untuk turut melakukan pengamanan di wilayah Fakfak serta akan dilakukan patroli berskala besar di wilayah yang rawan,” tambah DTM Silitonga.
Lebih lanjut jendral bintang dua ini mengatakan bahwa barang-barang yang disita untuk dijadikan barang bukti, antara lain 1 buah granat, 29 buah parang, 5 buah tombak, 42 buah panah 42, kapak, 4 buah ketapel, 3 buah sangkur, baju loreng, celana loreng, id card, ht 2 buah HT, 4 buah HP dan topi loreng.
” 7 tersangka telah ditahan, tersangka MD 5 orang dan DPO 17 orang. Dalam kasus ini telah diamankan pula sejumlah ibu-ibu yang berperan menyiapkan makanan untuk dihidangkan kepada kelompok tersebut,” ujarnya
” Jumlah pelaku terus dilakukan pengembangan oleh pihak kepolisian,” tambah DTM Silitonga.
Sementara Kabid Humas Polda Papua Barat Kombes Adam Erwindi mengajak seluruh lapisan masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama untuk menyerahkan kasus ini pada pihak kepolisian.
Kombes Adam Erwindi mengimbau, jangan terprovokasi oleh oknum- oknum yang ingin membuat situasi kamtibmas gaduh dan tidak kondusif.
Konferensi pers yang dipimpin Kapolda tersebut dihadiri Wakapolda Papua Barat Brigjen Patrige R. Renwarin, Dansat Brimob Polda Papua Barat, Dirkrimum Polda Papua Barat dan Wakapolres Fakfak.