Ekonomi & Bisnis

Desa Wisata Diharapkan Terapkan Konsep Community Tourism Base untuk Ekonomi Berkelanjutan

×

Desa Wisata Diharapkan Terapkan Konsep Community Tourism Base untuk Ekonomi Berkelanjutan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

SORONG,sorongraya.co- Tim Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022, Kamis lalu (06/10/2022) menyambangi Kampung Tobati, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Program andalan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ini memasukkan Kampung Tobati dalam daftar 50 Desa Wisata terbaik ADWI 2022.

Kampung Tobati masuk dalam daftar 50 Drsa Wisata setelah melalui uji standar penilaian yang dilakukan oleh tim juri. Ada tujuh kategori dalam penilaian, pertama, Daya tarik pengunjung (alam dan buatan, seni dan budaya). Kedua, Suvenir (kuliner, fesyen, dan kriya). Ketiga, Homestay. Keempat, Toilet umum. Kelima, Digital dan kreatif. Keenam, Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE) dan Ketujuh, Kelembagaan Desa. Mereka nantinya akan mendapatkan pembinaan dan pendampingan dari mitra strategis Kemenparekraf.

Seharusnya kunjungan itu dihadiri langsung oleh Menteri Parekraf Sandiaga Salahuddin Uno. Namun, karena berhalangan hadir maka diwakili oleh Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf Indra Ni Tua.

Dalam kesempatan itu, Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf Indra dan rombongan mendengarkan seluruh presentasi dari pihak pengelola desa wisata.

Dalam sambutannya Indra mengatakan, community base tourism adalah yang pihaknya lakukan di setiap desa wisata, termasuk Kampung Tobati.

” Kita apresiasi Desa Wisata Kampung Tobati yang masuk 50 besar desa wisata terbaik 2022,” ujar Indra disambut riuh tepuk tangan masyarakat dan jajaran pemerintahan setempat.

Lebih lanjut Indra mengatakan, bicara soal historis, penamaan kampung Tobati berasal dari dua kata, yaitu Tab (matahari) dan Badic (naik/terbit). Jika kedua kata tersebut digabungkan menjadi Tabadic, yang artinya Matahari Terbit. Desa wisata Tobati berjarak kurang lebih 36 km atau sekitar 50 menit bila di tempuh dengan mobil dari Bandar Udara Sentani, Jayapura.

” Di kampung Tobati ada sebuah area yang disebut lapangan Timbul Tenggelam. Keunikannya adalah area tersebut akan tertutupi oleh air saat pasang dan kembali muncul ketika air surut. Pada saat muncul, tentunya pengunjung bisa berjalan-jalan dan berkegiatan di area berpasir putih tersebut. Tak jauh dari sana, ada pulau bernama Metu Debi yang jadi destinasi wisata rohani, sejarah dan alam. Kampung Tobati sendiri merupakan pusat penyebaran agama Kristen Protestan di Jayapura,” ujarnya.

Indra menambahkan, kampung Tobati juga memiliki Taman Wisata Alam Teluk Youtefa. Destinasi ini terhampar di wilayah garis pantai Kota Jayapura yang terletak di teluk kecil di dalam Teluk Yos Sudarso. Taman Wisata ini diapit oleh dua buah tanjung yang menjorok dari samping kiri, yaitu Tanjung Pie dan Tanjung Saweri di samping kanan. Kedua tanjung ini hanya dipisahkan oleh selat kecil yang lebarnya ± 300 meter yang disebut dengan Selat Tobati dan sekaligus merupakan pintu masuk dan keluar.

” Di dalam taman wisata tersebut terdapat hutan mangrove dan beberapa hutan sagu. Terdapat pula dua aliran sungai yang bermuara pada Taman Wisata Alam Teluk Youtefa, yaitu sungai Acai dan sungai Entrop dengan lebar sekitar 20 meter,” kata Indra.

Selain taman wisata alam Teluk Youtefa, ada pantai Hamadi, daerah pesisir yang berada di Kelurahan Hamadi. Pantai Hamadi merupakan daerah hak ulayat suku Tobati. Posisi daerah pesisir pantai Hamadi sangat strategis karena berhadapan langsung dengan Teluk Humbolt (Yos Sudarso) di perairan Kota Jayapura yang berbatasan langsung dengan Papua New Guinea (PNG).

Lalu ada Gunung Mher, yang merupakan batas timur kawasan Taman Wisata Alam Teluk Youtefa. Gunung itu konon merupakan asal muasal masyarakat Tobati dan Enggros, sehingga oleh masyarakat setempat gunung ini dianggap mempunyai kekuatan gaib karena dihuni oleh roh-roh leluhur mereka. Dalam melakukan segala kegiatan terutama dalam memilih dan mengangkat ondoafi, masyarakat terlebih dahulu meminta izin ke gunung ini,” kata Indra.

Indra berharap, pengelolaan desa wisata Tobati harus menitik beratkan kepada kolaborasi. ” Tidak bisa Desa tobati sendirian. Bekerja sama dengan desa lain. Karena manfaatnya untuk masyarakat. Kalau makin banyak homestay-nya nanti makin bagus, makin banyak pengunjungnya.

Sementara soal potensi adat dan budaya, menurut Indra, desa Tobati memiliki eumah adat Kariwari Suku Tobati. Kariwari adalah rumah adat yang dihuni oleh suku Tobati-Enggros yang tinggal di tepi Danau Sentani, Jayapura. Rumah ini menjadi rumah khusus laki-laki yang berumur sekitar 12 tahun. Ia mencari pengalaman hidup dan mencari nafkah setelah mereka menikah.

” Mereka diajarkan menjadi laki-laki yang tangguh, kuat dan bertanggung jawab serta berani. Klan (suku) yang terdapat di Kampung Tobati adalah Klan Hamadi, Ireuw, Dawir, Haay, Hababuk, Meraudje, Hasor, Injama, Affar, Mano dan Sremsrem. Ada 2 klan besar yang mengepalai kampung, yaitu Klan Hamadi dan Klan Ireuw,” kata Indra.

Diakui Indra bahwa, masyarakat setempat juga memiliki tarian dan nyanyian bagi para wisatawan, l, yakni Tari Fie (tarian di atas perahu untuk mengantar hasil buruan ke ondoafi), Tari Warpu (tarian pada upacara pelantikan ondoafi besar), tarian pada upacara perkawinan dan tarian pada saat ondoafi meninggal.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.