SORONG, sorongraya.co – Salah satu akademisi di Papua Barat Daya menggelar Festival Tokok Sagu yang didukung oleh Kementerian Kebudayaan dan Dana Indonesiana, bertempat di Lapangan Kantor Gubernur Papua Barat Daya, pada Sabtu, 10 Mei 2025.
Ketua pelaksana kegiatan, Gigieh Cahya Permady, menjelaskan bahwa festival ini merupakan bagian dari Program Dana Indonesiana yang berada di bawah naungan Kementerian Kebudayaan RI. Proposal kegiatan tersebut diajukannya pada tahun, dan setelah melalui proses seleksi nasional, Kota Sorong dinyatakan lolos dan mendapatkan dukungan untuk melaksanakan festival tersebut.
“Program ini terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tahun lalu kami mengirimkan proposal dan dinyatakan lolos. Dari seluruh Indonesia, kami menjadi salah satu yang terpilih, mewakili Provinsi Papua Barat Daya,” jelas Gigieh.
Festival Tokok Sagu ini juga melibatkan pelajar tingkat SMP, SMA, hingga mahasiswa se-Kota Sorong. Tujuannya adalah memperkenalkan dan menanamkan kembali nilai-nilai budaya lokal kepada generasi muda.
“Kami ingin agar anak-anak muda tidak melupakan warisan nenek moyangnya. Totok sagu ini adalah bagian dari kearifan lokal yang tidak boleh punah. Di tengah era modernisasi, sagu kini banyak diolah menggunakan mesin. Padahal proses tradisional seperti menotok sagu memiliki nilai budaya yang tinggi dan merupakan keahlian yang harus diwariskan,” ujarnya.
Gigieh menambahkan, sejauh pengetahuannya, Festival Tokok Sagu ini merupakan yang pertama di Papua Barat Daya. Ia meyakini bahwa keberhasilan Kota Sorong dalam menggelar festival ini menunjukkan pengakuan dari pemerintah pusat terhadap pentingnya pelestarian budaya lokal.
“Harapan saya, kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini. Ke depan, saya ingin lebih banyak festival kebudayaan yang lahir dari masyarakat Papua. Mari kita bangkitkan kembali kearifan lokal yang selama ini mulai terlupakan,” pungkas Gigieh.