SORONG, sorongraya.co – Dalam rangka memperingati Hari Disabilitas dan Hari Noken Internasional, berbagai komunitas di Kota Sorong terlibat dalam jalan santai yang berlangsung pada Selasa, 03 Desember 2024.
Pawai ini diikuti oleh berbagai komunitas, seniman noken, dan organisasi masyarakat, sebagai bentuk penghormatan terhadap keberagaman budaya Papua dan inklusi bagi penyandang disabilitas.
Pawai dimulai dari taman Deo Kota Sorong dan berakhir di Kantor Gubernur Provinsi Papua Barat Daya, dengan puluhan peserta mengenakan pakaian adat Papua sambil membawa noken, dan poster aspirasi yang menyuarakan kesetaraan bagi penyandang disabilitas.
Kegiatan yang dihadiri oleh Penjabat Wali Kota Sorong Bernhard Rondonuwu, mengajak disabilitas agar bisa bertemu langsung dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan membahas persoalan yang ada di Kota Sorong.
“Saya ingin agar kita bisa ketemu untuk membahas persoalan infrastruktur bagi teman-teman disabilitas, saya tidak menutup diri saya justru terbuka dan mengajak teman-teman dan jajaran OPD Kota Sorong agar lebih memahami kebutuhan bagi disabilitas,” ujarnya saat membuka jalan santai.
Bernhard juga menegaskan jika 04 Desember telah ditetapkan sebagai hari noken sedunia yang sudah diakui oleh UNESCO.
“Saya lihat di sejarah jika sejak 4 Desember 2012 sudah ditentukan sebagai warisan dunia oleh karena itu, kita yang ada di Kota Sorong mari sama-sama terus menggulirkan dan jadikan kebiasaan di Kota Sorong dengan menggunakan noken setiap hari,” ujarnya.
Ia juga menambahkan akan mengajak jajaran pemerintah untuk menggunakan noken sebagai bentuk melestarikan warisan dunia dan mendukung perekonomian masyarakat melalui kerajinan noken.
“Nantinya saya akan menghimbau agar pegawai juga menggunakan noken, ini sebagai simbol kepada masyarakat jika kita juga peduli dan kita juga ingin melestarikan budaya yang ada di tanah Papua,” ungkapnya.
Salah satu aktifis perempuan, Nesi Sentof, mengatakan, “kami ingin mengkampanyekan hal-hal yang menurut kami perlu disuarakan dan perlindungan terhadap mama-mama Papua dan juga kearifan lokal yang menjadi pendorong ekonomi masyarakat, namun belum ada perhatian dari pemerintah,” ujarnya saat di wawancara.
Peringatan ini menjadi pengingat akan pentingnya inklusivitas dan pelestarian budaya sebagai bagian dari identitas bangsa.