SORONG,sorongraya.co- Masyarakat adat seringkali menjadi korban. Tak hanya itu, haknya pun pasti digusur oleh orang atau pihak yang memiliki kekuasaan di negeri ini.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Yayasan Pusaka Bantala Rakyat, Franky Samperante disela-sela diskusi terkait Peran dan Kontribusi Masyarakat Menjaga Serta Mengelola Hutan Adat di Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya di Ayla Hotel, Jumat, 17 Mei 2024.
Franky menambahkan, gerakan pembangunan yang selama ini dijalankan oleh pemerintah kerapkali mengabaikan masyarakat adat.
Karenanya melalui buku berjudul Hutan Adat Gelek Malak Kalwilis Pasa, masyarakat adat setempat bisa mengadvokasi pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola hutan adat.
” Dalam buku ini banyak sekali ilmu dan pengalaman masyarakat lokal terus hidup dan berkembang hingga saat ini,” ujarnya.
Bahkan Angky menyebut jika buku berjudul Hutan Adat Gelek Malak Kalawilis Pasa menggambarkan betapa jeniusnya masyarakat adat Gelek Malak yang sudah menjaga hutan bertahun-tahun.
Dia pun mengaku ketika mengelola hutan adat secara tradisional masyarakat adat Gelek Malak Kalawilis Pasa seringkali mendapat tantangan dari berbagak pihak, salah satunya pemilik modal.
Makanya, aktivis lingkungan ini berharap buku tersebut menjadi perhatian bagi negara juga bahan bagi masyarakat untuk mengadvokasi perlindungan masyarakat adat di tanah Malamoi.
” Cara hidup masyarakat adat sedari berburu, bertani, tinggal dan lain sebagainya telah diatur secara baik,” kata Angky.
Diskusi yang berlangsung sekitar lima jam tersebut melibatkan sejumlah pemangku kepentingan, diantaranya PD AMAN Sorong Raya, Pemerintah Kabupaten Sorong hingga BPSKL Maluku-Papua.