Scroll untuk baca artikel
MetroPolitik

Masyarakat PBD Diminta Jaga Persaudaraan Serta Tidak Terpancing Isu SARA

×

Masyarakat PBD Diminta Jaga Persaudaraan Serta Tidak Terpancing Isu SARA

Sebarkan artikel ini
Calon Wakil Gubernur Papua Barat Daya minta warga masyarakat jaga persaudaraan dan tidak terpancing isu SARA.
Example 468x60

Kota Sorong,sorongraya.co- Baru-baru ini publik Papua Barat Daya dihebohkan dengan isu SARA menjelang Pemilihan Kepala Daerah.

Hal. Ini kalau tidak diantisipasi sudah barang tentu dapat menyebabkan rusaknya tatanan kehidupan masyarakat yang selama ini telah terbina dengan baik di Provinsi ke-38 ini.

Semua masyarakat mempunyai kewajiban yang sama untuk menyukseakan Pilkada Papua Barat Daya.

” Kita punya tanggung jawab yang besar menjaga kebersamaan selama masa kampanye,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya, Ahmad Nausrau di Hotel Meriad Sorong, Sabtu, 19 Oktober 2024.

Ahmad Nausrau meminta semua pihak untuk menjaga jalannya pesta demokrasi sehingga tidak terganggu dengan isu-isu yang tidak benar.

Ahmad yang juga Calon Gubernur Papua Barat Daya itu menyebut bahwa isu SARA sangatlah sensitif, namun tidak menguntungkan paslon peserta Pilkada.

” Dampaknya sangat luar biasa sekali, sebab dapat memecah belah persaudaraan antar anak bangsa di Papua Barat Daya,” ujarnya usai deklarasi Keluarga Besar Atamaris Seram Bagian Timur (SBT) siang tadi.

Tak ingin persaudaraan antar anak bangsa terpecah belah, Ahmad pun berpesan kepada semua lapisan masyarakat PBD untuk sukseskan pesta demokrasi.

Dia mengingatkan bahwa pesta demokrasj Pilkada hanya sebentar. Kebersamaan dan persaudaraan akan terus berlangsung selamanya.

” Semua paslon berkewajiban yang sama menjaga persaudaraan dan toleransi yang sudah terjalin baik sejak lama, yang diwariskan oleh pendahulu kita,” ujar Ahmad.

Diakui oleh Ahmad, kerukunan umat beragama di Papua Barat Daya menjadi contoh bagi daerah lainnya di Indonesia. Bahkan selama tiga tahun berturut-turut PBD mendapat penghargaan sebagai provinsi yang memiliki toleransi antar umat beragama sangat kuat.

Ia lalu mencontohkan, di benerapa Kabupaten antara lain Fakfak, Kaimana, Bintuni dan Sorong Selatan ada istilah agama keluarga, satu tungku tiga batu.

” Tradisi itu ada untuk menunjukkan bahwa toleransi kita di Papua Barat Daya berjalan dengan baik,” tambahnya.

Ahmad juga menyebut bahwa MUI sendiri telah mengeluarkan instruksi atau fatwa agar umat memilih pemimpin yang amanah, dicintai oleh rakyat dan mencintai rakyat serta mampu menjaga nilai-nilai demokrasi.

” Saya mengajak semua pihak di PBD untuk terus merajut persaudaraan,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama mantan senator Sanusi Rahaningmas menegaskan bahwa pilkada itu untuk memilih pemimpin.

” Kita memilih Gubernur dan Wakil Gubernur. Tentunya pemimpin yang memiliki rekam jejak dan keberhasilan memimpin satu daerah,” tegasnya.

Mantan anggota DPR Papua Barat dua periode itu mengingatkan bahw Gubernur dan Wakil Gubernur adalah kolektif kolegial, saling mengisi dan melengkapi.

” Tlong hentikan isu-isu yang berkaitan dengan SARA. Saya memilih Elisa Kambu karena rekam jejaknya selama memimpin Asmat dua periode merangkul semua lapisan masyarakat. Elisa Kambu membangun Asmat dengan hati.

Dia juga lanjut Sanusi, sebagai seorang pamong, yang merintis karir dari pegawai biasa kemudian menjadi Kepala Distrik hingga Sekda lalu menjadi Bupati 2 periode.

” Masyarakat PBD perlu tahu bahwa Elisa Kambu memilih Ahmad Nausrau yang merupakan Ketua MUI Papua Barat dan Papua Barat Daya. Tidak mudah seseorang dipilih menjadi Ketua MUI,” tegas Sanusi.

Mantan politisi PKB itu menekankan, kita harus fair dalam memilih. Demokrasi kan kebebasan buat semua orang dalam memilih.

Sementarara Ketua Tim Relawan pasangan ESA Provinsi, Abdul Muthalib mengajak ulama dan pemuka agama untuk tidak memakai bahasa agama yang dapat mengadu domba.

” Kita memilih pemimpin untuk rakyat, bukan memilih pemuka agama. Pemimpin yang baik kata Rasulullah SAW adalah pemimpin yang senantiasa disenangi rakyatnya dan rakyat mendoakannya,” kata mantan anggota DPR Kota Sorong ini.

Abdul Muthalib mengaku bahwa relawan yang bergabung di pasangan ESA datang dari berbagai kerukunan keluarga, organisasi kemasyarakatan tanpa memandang agamanya.

Pria yang akrab disapa Bang Thalib itu mengajak semua masyarakat PBD memilih pemimpin yang baik, pemimpin yang senantiasa mendengar suara rakyat.

” Pilihan itu hanya ada pada bapak Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau,” tutupnya.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.