Scroll untuk baca artikel
MetroPendidikan & Kesehatan

Cerita Dibalik Banjir Bandang Sumatera Barat

×

Cerita Dibalik Banjir Bandang Sumatera Barat

Sebarkan artikel ini

SORONG,sorongraya.co-Sabtu 11 Mei 2024 banjir bandang melanda Desa Sawah Tengah, Kecamatan Pariaman, Sumatera Barat. Tempat dimana diriku lahir dan dibesrkan.

Hari itu cuaca baik baik saja, udara segar masih dapat kita rasakan di sore hari. Namun, Setelah pukul 22:00 WIB hujan mulai dengan intensitas yang begitu deras disertai gemuruh petir yang sangat terdengar jelas dari kamar dimana tempat diriku tidur.

Gemuruh petir yang sangat kencang memyebabkan lampu rumah padam. Diriku yang biasanya tidur sendirian, malam itu menjadi ketakutan sendiri. Padahal aku berada di rumahku sendiri.

Tak lama kemudian aku meminta bantuan ayah untuk menghidupkan lilin. Akhirnya, akupun tidur bersama adik di sebelah kamar ayah dan ibu. Namun beberapa menit kemudian ibu terbangun dan memanggil kami, cobalah dengar suara air yang sangat deras, lalu ayah melihat ke depan rumah ternyata banyak orang berhamburan lari keluar rumah menuju tempat yang lebih.

Suara teriakan warga sangat jelas terdengar di telingaku tatkala jembatan yang berada di kampungku putus. Air sungai yang begitu deras masuk ke permukiman warga setempat.

Akibat terjangan air suangai mengakibatkan jembatan yang menghubungkan Desa Sungai Jambu dengan Desa Sawah Tengah.

Tak hanya itu, lahar dingin yang membawa material bebatuan memimbulkan suara dentuman. Kondisi ini membuat warga yang ada di Desa Sawah Tengah menjadi tidak tenang.

Lahar dingin yang datang dalam intensitas tinggi ternyata tak hanya menyapu bersih sejumlah jembatan yang ada di Desa Sawah Tengah. Banyak rumah warga yang hanyut terbawa derasnya air.

Selain Desa Sawah Tengah, desa-desa lainnya yang berada di sekitar gunung Marapi tak dapat dijangkau dikarenakan akses jalan terputus.

Letusan gunung Marapi yamg kemudian diikuti banjir bandang menelan puluhan korban jiwa. Tak hanya itu, masih banyak waega yang dinyatakan hilang hingga saat ini belum ditemukan. Tidak sedikit kerugian materiil.

Dampak bencana banjir bandang ini sangat dirasakan warga yang ada di 3 Kabupaten di Sumbar, yakni Kabupaten Agam, Tanah Datar dan Padang Panjang.

Sampai saat ini pembersihan material masih terus dilakukan. BMKG terus mengimbau agar warga yang berada di tiga kabupaten tersebut waspada dengan banjir susulan.

Banjir bandang meninggalkan duka yang mendalam. Pemerintah pun akhirnya berherak cepat mendistribusikan bantuan berupa pakaian, obat-obatan, bahan makanan dan bantuan lainnya.

BPBD Sumatera Barat merilis jumlah korban sebanyak 67 orang meninggal dunia, 20 orang masih belum ditemukan. Sementara 37 orang mengalami luka luka serta 3.396 orang mengungsi.

Sebanyak 29 orang meninggal di Kabupaten Tanah Datar dan 5 orang meninggal belum teridentifikasi. Sementara di Kabupaten Agam sebanyak 22 orang meninggal dunia.

Di Padang Panjang sebanyak 2 orang dan di Padang Pariaman 1 orang yang meninggal. Tim pencari dan penyelamatan memang terbatas karena SOP. Namun, jika ahli waris belum bisa menerima keadaan maka tim gabungan akan melanjutkan pencarian korban tersebut, dimana yg seharus nya pencarian dilakukan 6X 24 jam.

Di sisi lain Kementrian PUPR mendorong percepatan perbaikan jembatan yang putus dan rumah parah, dimana akses jalan raya di silayiang tidak bisa dilalui.

Di Padang Panjang sendiri tercatay ada 19 jembatan yang terdampak. Dihadapkan kendala yang seperti itu, mengakibatkan bantuan logistik dikirim melalui jalur udara khususnya di Kabupaten Tanah Datar.

Di Kabupaten Agam, banjir bandang merusak 193 rumah, sedangkan di Kabupaten Tanah Datar 84 rumah warga rusak ringan hingga rusak berat. Tim Basarnas ,TNI-Polri juga ikut berupaya melakukan penanganan darurat.

Di Kabupaten Tanah Datar banjir melanda lima Kecamatan X Koto, Kecamatan Batipuh, Kecamatan Pariangan, Kecamatan Sungai Tarab. Setidaknya 25 keluarga terdampak dan 12 jembatan putus.

Kesedihan yang amat mendalam bagi saudara kita di Sumatra Barat. Tidak sedikit dari mereka yang menjadi korban bahkan anak anak dan remaja sekalipun.

Teman semasa sekolah yang biasa dipanggil Abi menjadi salah satu korban banjir bandang. Luka mendalam bagi kami sahabatnya.

Padahal Abi adalah anak yang baik dan sangat rajin di sekolah. Korban ditemukan setelah empat hari kejadian. Kehilangan teman yang baik hati dan tutur kata yang sangat baik sangat membuat kami terpukul. Yang sangat menyedihkan lagi jenazah teman kami itu ditemukan dalam keadaan tidak utuh.

Bukan hanya dia, ibu kandungnya juga menjadi korban banjir bandanh. Rumah dan seisinya terbawa arus air sungai. Pihak kampus datang di hari pemakaman Abi. Seluruh.dosen yang pernah mengajarnya sangat mengakui akan keramahan dan baik hati teman kami itu.

Setiap pagi Abi menyalami dosen yang datang. Abi tidak akan keluar kelas jika dosennya belum keluar, dan Abi pasti sudah memasuki ruang belajar sebelum dosen masuk.

Selain baik hati ia juga termasuk mahasiswa yang berprestasi, sejak dulu ia dikenal dengan anak yang sangat rajin.

Ia juga anak yang rajin beribadah dan sangat baik terhadap semua orang,keramahannya dan hati yang sangat mulia membuat orang senang bergaul dengannya. Ia juga aktif dengan semua hal yang ada di masyarakat.

Penulis : Ulfatmi, Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.