SORONG,sorongraya.co-Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya melalui Dinas Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif menggelar kegiatan Pemberdayaan dan Pembinaan Masyarakat untuk Pengembangan Pariwisata melalui Pelatihan Ekowisata bagi Orang Asli Papua (OAP) Pelatihan ini berlangsung selama tiga hari, 9–11 Desember 2025, bertempat di Aimas Hotel.
Gubernur Papua Barat Daya, Elisa Kambu, yang diwakili oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Suardi Thamal mengatakan bahwa, Melalui pelatihan ini, kita ingin memastikan bahwa masyarakat bukan hanya menjadi penonton, tetapi menjadi pelaku utama: pemandu wisata, pengelola destinasi, pelaku UMKM, penjaga alam, sekaligus duta budaya Papua.
“Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya memberikan perhatian besar pada pengembangan pariwisata berbasis konservasi. Kami ingin pariwisata bukan hanya menarik wisatawan, tetapi juga menjaga alam, memperkuat budaya, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Papua Barat Daya, Yusdi Lamatenggo, dalam sambutannya mengatakan bahwa konsep wisata telah berkembang pesat. Jika dulu wisatawan hanya datang untuk berfoto-foto lalu pulang, kini ekowisata menekankan pengalaman yang lebih mendalam.
“Ekowisata bukan lagi soal datang, foto-foto, lalu pulang. Yang terpenting adalah pengalaman serta bagaimana masyarakat lokal diberdayakan. Mereka adalah pemilik kawasan, sehingga harus menjadi pemain dan pelaku utama yang mengoptimalkan potensi yang dimiliki,” jelas Yusdi.
Menurutnya, pelatihan yang berlangsung tiga hari ini disusun secara praktis agar mudah dipahami dan dapat langsung diterapkan oleh peserta di desa atau destinasi wisata masing-masing. Yusdi juga menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal untuk membangun komunikasi berkelanjutan antara dinas dan masyarakat di berbagai wilayah, termasuk Tanah Bor Pabonis, Tanah Polepsani, dan Gunung Paling.
“Kalau ada yang ingin dikonsultasikan, silakan bertanya. Kita siap turun ke lapangan. Karena itu pelatihan ini 50 persen teori dan 50 persen praktik. Kita belajar langsung bagaimana melakukan pemetaan, mapping, dan berbagai hal teknis lainnya,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa pariwisata tidak hanya soal keindahan alam. Meskipun Papua Barat Daya memiliki air terjun, laut, dan gunung yang indah, hal tersebut belum cukup untuk menghadirkan pariwisata yang berkelanjutan.
“Dalam pariwisata, yang terpenting bukan siapa yang paling indah atau paling hebat, tetapi bagaimana kita melayani tamu dengan baik, menjaga alam, dan memberdayakan masyarakat lokal. Tamu datang dengan banyak pertanyaan dan pulang dengan rasa puas itulah keberhasilan,” ujar Yusdi.
Ia juga mencontohkan bahwa ada tamu yang datang murung namun pulang dengan wajah cerah setelah mendapatkan pengalaman bermakna tentang budaya, makanan, minuman, dan alam setempat. “Itu tanda bahwa kita berhasil,” tambahnya.
Melalui pelatihan ini, Yusdi berharap peningkatan kapasitas masyarakat OAP dapat menjadi pondasi kuat bagi pengembangan ekowisata yang berkelanjutan di Papua Barat Daya.
















