MANOKWARI, sorongraya.co – Bank Indonesia (BI) perwakilan Papua Barat menginformasikan jika tekanan Inflasi pada Indeks Harga Konsumen (IHK) di provinsi papua barat menjelang akhir tahun mengalami kenaikan signifikan.
Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan BI Papua Barat, S Donny H. Heatubun bahwa inflasi IHK papua barat pada November 2018 mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya. Dimana inflasi IHK untuk bulan November 2018 tercatat sebesar 0,43 persen (mtm), jika secara tahunan inflasi IHK papua barat sebesar 5,19 persen year on year (yoy).
“Inflasi papua barat periode ini cukup tinggi diatas inflasi Nasional sebesar 0,27 persen (mtm) dan 3,23% persen (yoy),” tulis Donny melalui Press Release kepada media. Rabu, 5 Desember 2018.

Menurutnya, peningkatan inflasi di papua barat ini didorong dengan kenaikan beberapa harga barang seperti, rokok kretek filter, roti manis dan buah pinang. Bahkan, batalnya kenaikan cukai rokok belum mampu mengoreksi harga di tingkat pedagang.
Namun, ada beberapa kelompok makanan menyebabkan deflasi misalnya, beras yang disebabkan terkoreksi harga, ikan segar dan daging ayam ras juga mengalami pengaruh dari terjaganya pasokan dan cuaca yang kurang kondusif untuk melaut.
Selain itu lanjutnya, peningkatan inflasi ini terjadi karena dipengaruhi kenaikan harga minyak dunia yang sempat naik, sehingga mendorong kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi dan besarnya biaya bahan bakar pesawat yang menyebabkan permintaan angkutan udara meningkat menjelang akhir tahun.
“Kedepan, laju inflasi diperkirakan berada pada batas atas proyeksi 4,3 persen atau 4,7 persen (yoy) berdasarkan koordinasi dan kebijakan pemerintah daerah bersama bank Indonesia perwakilan provinsi papua yang terus diperkuat menjalin kerjasama. Terutama sebagai antisipasi resiko meningkatnya inflasi bahan makanan,” tandasnya. [krs]