SORONG,sorongraya.co– Ayahanda Jr, Jevries Kewetare membantah tudingan keluarga almarhum Steven yang mengatakan bahwa meninggalnya Steven lantaran di bunuh oleh JR.
Bantahan ini sekaligus menjawab tudingan yang disampaikan keluarga almarhum Steven di salah satu media bahwa meninggalnya Steven bukan karena kecelakaan melainkan di bunuh.
” Kami merasa bahwa nama baik keluarga telah dicemari sebab Jr, anak kami adalah saksi kematian Steven, hingga dipulangkan ke Sorong,” kata Jevries Kewetare, Jumat, 27 Januari 2023.
Jevries menambahkan, pemberitaan kemarin yang dimuat di salah satu media berisikan pernyataan keluarga Steven. Hal itu tidak benar karena Steven dengan JR ini sudah seperti keluarga. Tidak mungkin Junior membunuh temannya sendiri.
” Apalagi dari pihak kepolisian dan rumah sakit tempat Steven di rawat menyampaikan bahwa meninggalnya Steven adalah murni akibat kecelakaan,” tuturnya.
Lebih lanjut Jevries mengatakan, sebelumnya telah dilakukan pertemuan di Polresta Sorong Kota dan sudah ada kesepahaman antara keluarga almarhum dengan keluarga kami bahwa meninggalnya Steven murni kecelakaan bukan di bunuh.
Diakui oleh Jevries, kronologis meninggalnya Steven berawal dari Jr berangkat ke Jakarta duluan dan numpang di kontrakannya Gres. Karena kondisi kurang sehat Junior sakit dan di urus oleh keluarganya Gres. Tiba-tiba anak kami kaget dengan kedatangan Steven ke kontrakannya Gres, padahal JR merasa tidak memanggil Steven. Justru Stevnlah yang datang menemui JR.
Bahkan JR sudah menyuruh Steven untuk kembali ke asrama SMA Presiden di Kota Jakarta. Saat itu JR berkata kalau dirinya akan masuk sekolah kalau sudah sehat. Akan tetapi Steven berkata nanti sama-sama masuk sekolah.
Hari Rabu tanggal 18 Januari 2023 mamanya Steven menelpon menyuruh anaknya masuk asrama namun Steven tetap menolak. Keesokan harinya, tepatnya Kamis tanggal 19 Januari sekitar pukul 04.00 WIT JR dan Steven lapar, makanya mereka dua sama-sama keluar mencari makan. Sempat dilarang oleh Gres pergi karena sudah jam segitu, tetapi Steven dan JR tetap pergi.
” Awalnya JR hendak pergi berboncengan dengan Steven, tapi karena ban motor milik JR kempes sehingga JR bawa motor yang lain, sedangkan Steven berboncengan dengan Atila Sesa. Ketika mereka pergi, posisi JR berada di belakang motornya Steven dan Atila Sesa,” beber Jevries
Jevries pun mengungkapkan bahwa pengakuan anak saya saat bawa motor itu Steven balap. Anak kami sempat menegur Steven untuk pelan-pelan karena cuaca hujan. Saat berada di tikungan Steven dan Atila terpeleset langsung menabrak pembatas jalan. Atila terlempar melewati pembatas jalan sedangkan Steven terbentur pohon yang ada di samping pembatas jalan.
” Kepala bagian belakang Steven terbentur pohon dan tidak sadarkan diri. JR yang dari belakang langsung berhenti lalu mengangkat Steven untuk dipindahkan ke pinggir jalan sambil mencari bantuan. JR menghadang beberapa kendaraan yang lewat agar berhenti dan bantu membawa Steven dan Atila ke rumah sakit Siloam,” ujar Jevries.
Jevries menambahkan, setibanya di UGD RS Siloam Steven langsung di tangani oleh dokter yang bertugas saat itu. Sekitar pukul 05.30 WIB dokter bertemu dengan JR menyampaikan bahwa Steven sudah tidak tertolong karna mengalami pendarahan di kepala bagian belakang. Pihak RS Siloam pun kemudian menghubungi keluarga Gres Sesa. Setelah Gres datang kemudian pihak rumah sakit memindahkan jenazah Steven ke kamar mayat. Meninggalnya Steven lalu dismapaikan RS Siloam kepada keluarga di Sorong. Selanjutnya JR ikut mengantarkan jenazah Steven ke Sorong.
Jevries mengatakan, sebelumnya, keluarga Steven mengatakan ada kejanggalan dengan kematian Steven, bahkan keluarga menduga adanya pembunuhan dan ingin mengusut tuntas hingga melakukan autopsi terhadap jenazah Steven. Sayangnya Polres Sorong Kota menolak karena TKP berada di Jakarta.
” Keluarga Steven juga sempat mengatakan bahwa setelah melihat kondisi sang anak, ditambah lagi dengan informasi perihal berbagai kejanggalan yang dikemukakan oleh orang terdekat almarhum sebelum peristiwa nahaas itu terjadi bahwa Steven meninggal karena dibunuh,” kata Jevries.
Jevries juga menyebut bahwa ada teman Steven yang menghubungi dirinya lalu menceritakan semuanya. Dimana, ketika Steven dirawat di rumah sakit rekan-rekan yang menjenguk Steven diancam untuk berbohong kepada pihak sekolah bahwa yang jenguk adalah keluarga mereka.