MANOKWARI,sorongraya.co- Kasus criminal di wilyah hukum Polda Papua Barat tiga bulan diawal tahun 2018 dinilai meningkat cukup signifikan, baik pembunuhan, pemerkosaan, pencurian serta kasus lainnya akibat dari konsumsi miras dan narkoba.
Meski pun pihak aparat penegak hukum sudah menyita dan memusnahkan minuman keras serta narkoba, tetapi seperti pepatah mengatakan, mati satu tumbuh seribu, diduga barang haram penyebab konflik itu didistribusi melalui transportasi laut.
Pengamanan laut di wilayah perairan Sorong-Raja Ampat yang merupakan pintu masuk transportasi laut di tanah Papua, khususnya Papua Barat dinilai belum maksimal mengakibatkan para pelaku penjual miras dan narkoba leluasa menjalankan aksi bisnis haram mereka.
Salah satu Warga Kota Sorong, Rico Sia kepada sorongraya.co, Sabtu (10/3/2018) merasa prihatin dengan semakin banyaknya temuan berbagai kejahatan termasuk narkoba maupun miras yang mempergunakan sarana laut sebagai jalur distribusi.
“saya sangat berharap pemerintah Republik Indonesia dapat menambah anggaran untuk biaya operasional bagi TNI dan Polri guna melakukan pengawasan yang lebih intensif lagi” tulis Rico Sia melalui pesan Whatshappnya yang diterima media ini, Sabtu siang
Pengusaha ternama ini juga berharap kepada Direktorat Polair Polda Papua Papua Barat dapat meningkatkan patroli pengawasan ke seluruh wilayah, khususnya yang terindikasi menjadi jalur laut terfavorit dari penyelundup miras.
Direktur Polair Polda Papua Barat yang baru diharapkan lebih tingkatkan lagi kinerja patroli agar dapat memberantas kencangnya miras yang masuk dari Bitung, Sulawesi Selatan ke Sorong melalui perairan yang menjadi wilayah hukum Polda Papua Barat.
Salah satu agen miras terbesar di Kota Sorong yang sudah ditangkap dan diadili pemiliknya yaitu, Monang Sitorus tetapi masih banyak miras di gudang yang sebelumnya ditangkap tim Polda Papua Barat.(ken)