SORONG. sorongraya.co – “Dokter” adalah seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin secara menyeluruh.
Dokter merupakan sebuah profesi yang sangat mulia karena berkaitan erat dengan perawatan, pengobatan dan penyelamatan terhadap orang yang sakit. Akan tetapi profesi dokter disisi lain juga mengandung potensi risiko yang sangat besar, yaitu risiko tuntutan hukum dari pasien.
Meski demikian, banyak para orang tua inginkan agar anaknya kelak menjadi seorang dokter yang handal. Namun tidak semudah membalik telapak tangan untuk menjadi seorang dokter yang professional dalam karir maupun akademisi.
Berdasarkan hasil wawancara sorongraya.co bersama dokter John Junior di sebuah cafe di kota sorong, dia mengatakan bahwa untuk menjadi seorang dokter tidaklah mudah seperti yang dibayangkan. Harus menempuh pendidikan yang menyita waktu, tenaga, pikiran bahkan ekonomi sekalipun. Jika diurutkan, jenjang yang harus ditempuh untuk menjadi seorang dokter professional cukup panjang dan melelahkan.
Secara garis besar ada beberapa tahap yang harus dilewati agar dapat menyandang gelar dokter. Meski sulit, namun sudah menjadi sebuah keinginan dan kepuasan tersendiri, bukan hanya mengejar materi, tetapi membantu sesama makhluk ciptaan Tuhan yang menjadi landasan utama.
Menurut John, kebanyakan mahasiswa kedokteran melekat dengan predikat kutu buku, sebab, mahasiswa kedokteran harus banyak menguasai teori kesehatan dan didukung dengan praktek nyata. “Mahasiswa kedokteran juga dituntut untuk berpikir sistematis, dibutuhkan skill untuk berpikir secara menyeluruh,” tutur John Junior belum lama ini.
Setelah mendapat gelar sarjana kedokteran dengan mengemban pendidikan kurang lebih 3,5 sampai dengan 4 tahun perkuliahan, calon dokter tersebut dapat mengambil gelar profesi KOAS yaitu Asisten Dokter atau dokter muda. KOAS merupakan tahapan pendidikan profesi yang dijalani oleh seorang calon dokter di rumah sakit. Calon dokter ini akan mengintari setiap departeman yang ada di rumah sakit, proses koas sendiri ditempuh selama 1,5 atau 2 tahun.
“Sistem kuliah di Fakultas Kedokteran menggunakan sistem blok, ibaratnya SKS dipaketkan per semester, kalau semua blog lulus akan ada ujian akhir OSCE (Objective Structured Clinical Examination), yaitu ujian langsung dengan pasien, dan setelah itu baru dapat gelar S.Ked. Itu baru sarjana, belum jadi dokter,” ujanya.
John Junior atau yang biasa disapa dokter JJ ini menambahkan, usai menjalani beberapa poin sebagaimana disebutkan diatas, para calon dokter harus menjalani Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) yang digelar sebanyak empat kali dalam setahun, UKDI ini biasanya diadakan setiap tiga bulan. Setelah lulus UKDI barulah berhak menyandang gelar dokter.
Dokter tersebut akan disumpah. Namun pasca lulus sarjana kedokteran (S1) tidaklah serta merta bebas melamar kerja di rumah sakit yang diinginkan atau langsung membuka praktek kedokteran, tetapi harus melalui proses terakhir lagi yang dinamakan magang, merupakan salah satu program pemerintah selama setahun, dokter dipersiapkan oleh pemerintah agar semakin matang lagi untuk melakukan praktek pribadi.
“Kalau belum menjalani proses magang, maka seorang calon dokter belum berhak bekerja diluar rumah sakit atau buka praktek sendiri,” ujar Jhon.
Untuk menjadi dokter yang handal sesuai cita-citanya sejak kecil, saat ini dokter JJ bersama tiga orang rekan se profesi dari Universitas Kristen Krida Wacana atau biasa disebut UKRIDA Jakarta menjalani pengabdian Internship di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sele be Solu Kota Sorong selama setahun.
Proses ini harus dijalankan guna mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) atau izin untuk membuka praktek. “Proses ini sudah terjadwal, bukan hanya di rumah sakit tetapi juga Puskesmas,” tuturnya. [dwi]