SORONG, sorongraya.co– Suara hati perempuan suku Kawei, Yofina Ayelo, menggema lantang menyikapi pencabutan izin usaha pertambangan PT Kawei Sejahtera Mining (KSM) oleh pemerintah pusat.
Yofina Ayelo mewakili keresahan dan kekecewaan perempuan adat yang merasa kesejahteraan mereka terwujud bukan dari sektor pariwisata, melainkan dari keberadaan tambang.
“Dulu sebelum ada tambang, orang-orang sakit. Tidak ada yang peduli. Kami punya tempat, tapi tidak diperhatikan, masyarakat adat suku Kawei merasa kecewa dan menyesal,”ujar Yofina dengan nada emosional saat orasi, Jumat, 12/06/2025.
Sebagai ibu rumah tangga dan pendahara keluarga, Yofina menyampaikan bahwa kehadiran tambang telah membawa perubahan besar bagi kehidupan mereka.
“Dulu kami hidup serba terbatas. Sekarang dengan adanya tambang, hidup kami jauh lebih baik. ATM kami terisi setiap bulan. Kami tidak mau kembali ke masa lalu yang penuh kekurangan,” katanya.
Ia mempertanyakan peran sektor pariwisata dalam mensejahterakan masyarakat. “Apakah pariwisata bisa menyejahterakan kami? Wayag itu surga kedua, tapi kami tetap hidup susah. Kami perempuan Kawei pernah berharap pada pariwisata, tapi tidak ada hasilnya.”
Yofina menambahkan, kini mereka tidak perlu lagi mencari nafkah di laut dengan berpanas-panasan. “Kami tidak hitam-hitam lagi karena panas. Kami sudah hidup lebih damai. Kami dapat hasil dari kerja sendiri, bukan dari mencuri.”
Ia menegaskan bahwa aspek kesehatan masyarakat kini justru ditanggung oleh perusahaan tambang, bukan sektor pariwisata.
“Kalau tambang ditutup, siapa yang akan menanggung kebutuhan dan kesehatan kami? Kami mohon, tolong izin tambang PT KSM dibuka kembali.”
Pernyataan Yofina menggambarkan dilema nyata yang dihadapi masyarakat adat suku Kawei antara idealisme pelestarian pariwisata dan realitas kebutuhan hidup.
Di tengah polemik tambang di Raja Ampat, suara perempuan adat ini menjadi pengingat bahwa pembangunan harus melihat dari sudut pandang masyarakat lokal yang terdampak langsung.