SORONG, sorongraya.co – Kepergian sang visioner Auguste Sagrim meninggalkan banyak kisah di mata masyarakat, baik pecinta olah raga, praktisi politik maupun kalangan pemuda. Tak ketinggalan kenangan Almarhum bersama Tim Pemekaran Papua Bagian Barat (sekarang Papua Barat Daya) pun diceritakan.
Ketua Tim Deklarasi Papua Bagian Barat, Wempy Nauw mengaku jika kepergian Auguste Sagrim meninggalkan kenangan manis yang tak bisa dilupakan. Kala itu, di Jayapura sekitar tahun 2007 Auguste Sagrim bersama rekan-rekan lainnya ikut membahas rencana pemekaran Provinsi Papua Bagian Barat.
Kata Wempy, sebelum muncul nama Papua Barat Daya, para tim pemekaran yang didalamnya terdapat almarhum Auguste Sagrim, nama provinsi tersebut adalah Provinsi Papua Bagian Barat. Barulah muncul kata Papua Barat Daya setelah tim mendiskusikan hal-hal teknis dan program kerja untuk rencana persiapan Deklarasi Provinsi Papua Barat Daya, di Lantai 2, Hotel Mutiara, Jayapura, Provinsi Papua.
“Ketika itu (tahun 2007) kami bersama-sama (almarhum Auguste Sagrim) bergerak dalam satu forum yang bernama Forum Percepatan Pemekaran Provinsi Papua Barat Daya, yang diketuai oleh saya sendiri Wempy Nauw, Sekretaris Fahmi Macap, Bendahara Marlin Salosa dan Sefnat Kambu. Juru Bicara pada saat itu Yan Pieter Bosawer dan Auguste Sagrim,” kata Wempy Nauw kepada sorongraya.co. Kamis, 25 September 2025.
Wempy mengatakan Auguste Sagrim merupakan tokoh aktivis muda yang ikut andil dalam deklarasi pemekaran Papua Barat Daya di Gedung DPR Papua, Jayapura. “Ia (Auguste Sagrim) mempunyai kontribusi penting dalam sejarah pemekaran dan pembangunan provinsi papua barat daya,” terangnya.
Semasa kuliah almarhum pernah menjabat sebagai ketua senat di Universitas Sains dan Teknologi (USTJ) Jayapura. Untuk itu, Wempy mengharapkan adanya penghormatan dari Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya atas mengenang jasa almarhum.
“Kami harap agar Gubernur Papua Barat Daya, Sekretaris Daerah, dan Ketua DPR Papua Barat Daya agar hadir dan memberi penghormatan pada acara persiapan pemakaman Auguste Sagrim. Penghormatan ini bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan sebagai bentuk apresiasi atas pengabdian Auguste Sagrim dan keluarganya,” ujar Wempy Nauw.
Ia juga berpesan kepada generasi muda agar tidak larut dalam duka atas kepergian almarhum, tetapi meneruskan semangat dan dedikasi yang selama ini di pejuangkan Auguste Sagrim.
“Generasi muda adalah barisan pembaharu dan masa depan Papua dan Papua Barat Daya. Semangat keaktifan dan kontribusi Auguste Sagrim diharapkan menjadi inspirasi untuk terus membangun daerah dan bangsa,” kata Wempy.
Yan Piet Bosawer salah satu tokoh muda yang ikut dalam tim tersebut menambahkan, masa itu masyarakat mendesak deklarasi provinsi di Kota Sorong, namun Gubernur Papua Barat menegaskan adanya rencana lain dan isu deklarasi kemerdekaan Papua sempat mencuat.
“Pemerintah saat itu memblokade ruang publik di Kota Sorong melalui TNI dan POLRI serta membatasi penyampaian pendapat di muka umum,” ujar Bosawer.
Mahasiswa Jayapura, lanjut Bosawer, dipimpin Wempy Nauw menggagas pertemuan di Bumi Perumahan Cenderawask yang melahirkan tim kecil Forum Percepatan Pemekaran Provinsi Papua Barat Daya.
Disitulah, kata Bosawer peran Aguste Sagrim sebagai anggota aktif yang melakukan audiensi dengan Forkopimda dan mendapatkan respon baik dari DPR Papua.
Ia mengatakan dedikasi dari almarhum banyak berperan dalam pengembangan minat dan bakat sepak bola di Kota Sorong dan Sorong Raya, salah satunya lewat kompetisi Saf’Com Cup.
“Penekanan pentingnya penghormatan terakhir kepada Gusti melalui pelayatan dan pemakaman, sebagai dedikasi atas jasanya. Mengusahakan pengakuan dan penghormatan bagi para penggagas awal provinsi Papua Barat Daya,” kata Bosawer.