MetroPendidikan & KesehatanTanah Papua

Loka POM Sorong Gelar Bimtek Pengendalian Resistensi Antimikroba

×

Loka POM Sorong Gelar Bimtek Pengendalian Resistensi Antimikroba

Sebarkan artikel ini

SORONG, sorongraya.co-Loka Pengawas Obat dan Makanan (POM) Sorong menggelar kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengendalian Resistensi Antimikroba di salah satu hotel di Kota Sorong, Selasa, 30 September 2025.

Kepala Loka POM Sorong, Rizki Okprastowo, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran pelaku usaha kefarmasian terhadap bahaya resistensi antimikroba.

“Bimtek ini kami laksanakan sebagai upaya menyamakan persepsi di kalangan tenaga kefarmasian, pemilik sarana apotek, dinas kesehatan, serta organisasi profesi seperti Ikatan Apoteker Indonesia ,”ujar Rizki.

Menurutnya, resistensi antimikroba yang mencakup resistensi terhadap antibiotik, antijamur, antivirus, dan lainnya menjadi isu global yang sangat serius.

“Data WHO menyebutkan, jika resistensi ini tidak dikendalikan, maka pada tahun 2050 bisa menyebabkan hingga 10 juta kematian per tahun akibat infeksi yang tidak lagi bisa diobati,” ungkapnya.

Rizki menekankan bahwa salah satu sumber utama resistensi adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat, terutama tanpa resep dokter.

“Kami mengundang pemilik sarana apotek karena sering kali penanggung jawab apotek adalah apoteker, tapi pemiliknya bukan tenaga kefarmasian. Mereka juga harus paham bahayanya penyerahan antibiotik tanpa resep,” jelasnya.

Peserta bimtek berasal dari berbagai apotek di Kota dan Kabupaten Sorong, dua wilayah dengan jumlah apotek terbanyak di Papua Barat Daya. Kegiatan ini juga menghadirkan pemateri dari Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten Sorong.

“Kami terus melakukan edukasi, dimulai dari sarana kefarmasian sebagai titik awal distribusi obat. Ke depannya, kami juga akan melibatkan dokter, bidan, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya yang langsung berinteraksi dengan masyarakat,” kata Rizki.

Salah satu pemateri dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong, dr. Roni, turut memberikan pandangannya dari sisi medis dan kebijakan. Rizki berharap kerja sama lintas sektor ini bisa semakin diperluas, termasuk dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Lebih lanjut, Rizki mengimbau masyarakat agar tidak meminta antibiotik tanpa resep dan mengonsumsi antibiotik secara tuntas sesuai anjuran dokter.

“Jika tidak dihabiskan, bakteri bisa beradaptasi dan menjadi kebal. Ini akan membuat pengobatan menjadi lebih sulit dan mahal, bahkan mungkin memerlukan antibiotik yang belum tersedia,” tegasnya.

Ia pun menutup dengan mengingatkan bahwa resistensi antimikroba bukan hanya ancaman bagi kesehatan individu, tapi juga berdampak pada sistem kesehatan nasional dan biaya pembiayaan kesehatan.

“Mari kita jaga bersama, demi masa depan yang lebih sehat,” tutup Rizki.

 

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.