SORONG, sorongraya.co – Ketua Lembaga Masyarakat Adat Papua Barat Daya, Franky Umpain mengatakan bahwa LMA bukan hanya sekadar organisasi adat, namun turut penjaga peradaban orang asli Papua.
Hal ini disampaikan Franky dalam diskusi public mengawali Musyawarah Darah I Jaringan Media Siber Indonesia Papua Barat Daya, dengan tema “Peran Media dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Adat di Papua Barat Daya” bertempat di Hotel Derefan Kota Sorong, Sabtu 27 September 2025.
“Sejak resmi berdiri pada awal tahun 2011, LMA telah diakui baik oleh pemerintah pusat maupun daerah sebagai mitra strategis dalam pembangunan Papua yang berbasis pada nilai-nilai adat dan kearifan lokal,” ujar Franky Umpain.
Menurutnya, selama lebih dari satu dekade, LMA senantiasa hadir berkontribusi dalam berbagai aspek, baik aspek sosial, politik, kesehatan, hingga pendidikan maupun ekonomi.
Baca: Aris Balubun Terpilih Sebagai Ketua JMSI Papua Barat Daya
“Kami bukan hanya jembatan antara masyarakat adat dan pemerintah, namun sebagai motor penggerak perubahan,” imbuhnya.
Tak hanya itu, Anggota DPR Otsus PBD ini menyebut bahwa LMA telah terlibat aktif dalam dinamika kebijakan nasional maupun daerah, termasuk dalam pembahasan Otonomi Khusus Jilid II dan regulasi turunannya.
“Kiprah LMA juga terlihat dalam proses pemekaran wilayah di tanah Papua, dimana lembaga ini memberikan masukan penting yang berpihak pada kepentingan masyarakat adat,” terangnya.
Dijelaskan bahwa keberadaan kursi Fraksi Otsus di DPR Papua Barat dianggap menjadi bukti nyata dari kontribusi pemikiran LMA.
Pihaknya tidak hanya bicara soal identitas, tetapi soal masa depan dan kesejahteraan orang asli Papua. Salah satu fokus utama LMA ke depan yakni mengenai peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat adat, khususnya generasi muda.
Baca juga: Muswil I Persatuan Insinyur Indonesia Tetapkan Imran Amri Sebagai Ketua
LMA menyadari pentingnya mengintegrasikan seni, budaya, dan teknologi dalam strategi pembangunan ekonomi. Melalui berbagai program, LMA terus mendorong generasi muda untuk mengeksplorasi potensi ekonomi berbasis seni budaya, termasuk kriya lokal, musik tradisional, hingga pertunjukan seni digital.
Disisi lain, alih teknologi digital turut menjadi perhatian utama, guna menjembatani masyarakat adat dengan pasar yang lebih luas melalui platform digital. “Digitalisasi bukan ancaman, namun peluang besar bagi masyarakat adat. Lewat media sosial, e-commerce, dan platform digital lainnya, produk-produk lokal bisa dikenal dunia,” pungkasnya.
Diskusi ini menyoroti pentingnya peran media dalam mendukung kemajuan ekonomi masyarakat adat. Media dinilai memiliki kekuatan dalam membentuk opini publik, mengangkat potensi lokal, sekaligus menjadi alat edukasi dan advokasi.
“Media harus menjadi mitra perubahan, bukan sekadar penyampai berita. Kami butuh media yang hadir di tengah masyarakat adat, memberdayakan mereka, dan menyuarakan keberhasilan maupun tantangan yang dihadapi,” tegasnya.
Baca juga: Semarak Budaya 2025, Lestarikan Budaya Lokal di Papua
Franky menginginkan LAM terus memperkuat sinergi dengan berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, lintas lembaga hingga komunitas lokal. Tujuannya adalah satu, yakni menciptakan masyarakat adat yang mandiri secara ekonomi tanpa kehilangan jati diri budaya dan adatnya.
“LMA akan terus hadir menata serta menatap sebuah perubahan peradaban orang asli Papua dalam tatanan adat, tentunya dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tandasnya.