SORONG, sorongraya.co-Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Papua Barat Daya menggelar Orientasi Aplikasi E-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) bagi petugas kesehatan se-Papua Barat Daya. Kegiatan ini berlangsung di salah satu hotel di Kota Sorong, Senin 11 Agustus 2025.
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB Papua Barat Daya, Naomi Netty Howay mengatakan, capaian penggunaan aplikasi EPPGBM pada tahun sebelumnya di provinsi ini masih rendah, yakni sekitar 56 persen.
“Kami harap melalui pelatihan ini, setiap kabupaten/kota dapat mengejar target yang ditetapkan baik oleh provinsi maupun pusat. Data yang dihasilkan juga harus tersentralisasi,” ujar Naomi.
Menurutnya, cakupan terendah umumnya terjadi di puskesmas atau pustu, terutama terkait partisipasi ibu hamil dan ibu yang membawa bayi balita ke posyandu. Karena itu, ia mendorong inovasi agar sasaran tersebut mau datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Naomi juga mengingatkan bahwa pembagian tugas antara provinsi dan kabupaten/kota perlu diperjelas.
“Hari ini kita laksanakan kegiatan yang bersumber dari dana Otsus. Porsi provinsi hanya 20 persen, sisanya 80 persen ada di kabupaten/kota, khususnya di bidang kesehatan,” jelasnya.
Selain pelatihan teknis, kegiatan ini juga diarahkan untuk menyiapkan SDM kesehatan yang mampu menopang visi daerah dalam memperkuat layanan kesehatan. Ia menegaskan, target akhirnya adalah mempersiapkan Generasi Emas Papua 2045 melalui pembinaan sejak masa kehamilan, bayi, balita, hingga remaja.
Sementara itu, pemateri Rahman menyampaikan bahwa pada tahun 2025 terjadi sedikit perubahan mekanisme pelaporan, pencatatan, dan tata laksana gizi buruk serta pemantauan ibu hamil.
“Materi yang diberikan meliputi penggunaan aplikasi pelayanan kesehatan, mulai dari bayi, anak, remaja, hingga ibu hamil yang masuk ke ANC, serta program-program yang mendukung indikator kinerja gizi dan RPJMN,” ungkapnya.
Rahman menambahkan, secara nasional target capaian pelaporan di atas 90 persen, namun di Papua masih berada di kisaran 50 sampai 60 persen saja.
“Jika capaian bisa mencapai 80 persen saja, itu sudah sangat ideal untuk Papua mengingat tantangan geografisnya,” tutup Rahman.