Ekonomi & BisnisMetroNasionalTanah Papua

Babak, Kampung Terpencil di Tambrauw Mulai Terang Berkat Sentuhan TMMD

×

Babak, Kampung Terpencil di Tambrauw Mulai Terang Berkat Sentuhan TMMD

Sebarkan artikel ini
Generasi Emas Kampung Babak, Distrik Bamusbama, Kabupaten Tambrauw yang siap menyambut masa depan dengan sentuhan TMMD. [foto: trisna-sr]

TAMBRAUW, sorongraya.co – Di balik Pegunungan dan hutan hijau yang lebat, terdapat sebuah kampung bernama Babak, yang berlokasi di Distrik Bamusbama, Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat Daya. Kampung ini termasuk kategori wilayah pedalaman.

Untuk menuju ke kampung tersebut menyita waktu tiga jam perjalanan menggunakan kendaraan roda empat dari Kota Sorong, Ibu Kota Provinsi Papua Barat Daya. Jalanan tanah yang menanjak, licin saat hujan dan jembatan sederhana yang dibangun menjadi tantangan tersendiri bagi setiap orang yang akan mengunjunginya.

Kampung Babak menyimpan kehidupan yang hangat dan penuh kebersamaan. Sebanyak 1.193 jiwa mendiami kampung ini, hidup berdampingan dalam suasana damai dan sederhana. Setiap hari, sebagian besar warga bekerja sebagai petani dan pencari hasil hutan.

Di lahan warga yang subur, ditanami berbagai macam sayur-sayuran dan buah-buahan yang dapat dikonsumsi. Sementara dari hutan sekitar, warga memperoleh beberapa hewan liar seperti kus-kus dan hewan lainnya untuk dijadikan santapan.

Meski kaya akan sumber daya alam, masyarakat Kampung Babak masih menghadapi keterbatasan infra-struktur dasar, seperti Listrik yang belum menjangkau di seluruh rumah. Hanya beberapa keluarga yang mengandalkan genset atau panel surya sederhana. Jaringan internet dan sinyal telepon masih sulit diakses, hal ini membuat warga sulit berkomunikasi dengan dunia luar.

Di Kampung Babak terdapat satu sekolah dasar. Untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi, anak-anak harus menempuh perjalanan jauh ke distrik tetangga dengan berjalan kaki. Banyak anak putus sekolah yang akhirnya memilih membantu orang tua di kebun karena keterbatasan biaya.

Kini, cahaya perubahan mulai menembus batas ke Kampung Babak Distrik Bamusbama. Melalui Program Tentara Manunggal Membangun Desa ke-126, Warga di kampung itu mulai merasakan sentuhan pembangunan oleh Prajurit TNI. Masyarakat ber-gotongroyong membuka akses jalan baru, memperbaiki sarana air bersih, dan merenovasi gereja yang menjadi pusat kegiatan rohani warga.

Pembangunan jalan menjadi harapan besar bagi warga. Akses yang lebih baik akan mempermudah mobilitas, menurunkan biaya transportasi, dan memperlancar pemasaran hasil kebun ke kota. Sementara air bersih dan tempat ibadah yang layak menjadi simbol nyata kehadiran negara di tengah masyarakat pedalaman.

Elmuda Yeblo, salah satu warga Kampung Babak mengaku senang ketika mendengar akan dibangun sejumlah infrastruktur di kampungnya. Sejak 2017 belum ada akses jalan menuju ke kampung Babak.

“Jalan di kampung ini dulu itu becek, sulit dijangkau. Disini baru dibangun baik-baik karena masyarakat tidak punya alat dan sendiri untuk membangun jalan. Dengan hadirnya TNI maka dapat membantu warga untuk membangun jalan, kampung terlihat bagus,” tutur Elmudo.

Dahulu, kata Elmundo hanya terdapat satu akses jalan utama. Ketika musim penghujan jalan tersebut rusak, akhirnya warga kampung sering mengalami hambatan karena tak ada pilihan jalan lain.

“Biarpun jalan rusak atau hujan model apapun, kita hanya melewati satu jalan, tak ada pilihan jalan yang lain,” ucap Elmuda dengan raut wajah yang sedih.

Tak hanya gereja, persoalan air bersih juga menjadi cerita panjang bagi warga Kampung Babak. Cuaca yang tak menentu membuat mereka sering kesulitan mendapatkan air.

“Air susah, Kalau cuaca tidak bagus, kami kesulitan mencari air. Kadang sampai tidak mandi karena air tidak ada. Tapi semenjak sudah dibuatkan sumur Bor, kami bisa mandi tiga kali sehari,” ungkapnya.

Di tengah kondisi geografis yang menantang dan cuaca yang tak menentu, Letnan Infanteri Marthen Binusano dari satuan Kodim 1810/Tambrauw, tetap teguh menjalankan tanggung jawabnya sebagai mandor, untuk memimpin langsung Pengerjaan Jalan dengan ukuran 275 meter dalam Program TMMD di Kampung Babak.

“Banyak kendala yang kami hadapi di lapangan, terutama karena waktu pengerjaan program TMMD ini terbatas. Tantangan utama datang dari cuaca. Hujan di sini sering turun cukup lama dan sangat menghambat pekerjaan kami. Namun kami tetap berusaha semaksimal mungkin agar proyek ini selesai sesuai waktu yang ditentukan,” kata Letnan Marthen.

Selain faktor alam, Letnan Marthen mengaku kondisi sosial masyarakat juga menjadi tantangan tersendiri, sebab Kampung Babak sulit dijangkau, meski begitu pihaknya mempunyai Babinsa yang aktif turun ke lapangan untuk beradaptasi, melakukan pendekatan dan membangun kepercayaan masyarakat.

“Situasi kehidupan masyarakat di sini cukup sulit, karena wilayahnya tergolong daerah “abu-abu” tidak mudah dijangkau. Pemerintah daerah, terutama Bapak Bupati menaruh kepercayaan besar kepada TNI, dan itu menjadi motivasi kami untuk bekerja sebaik mungkin,” ujarnya.

Ia menuturkan kondisi jalan di lokasi sebelum dikerjakan benar-benar memprihatinkan. “Saat kami pertama kali datang untuk survei, jalan di sini sangat rusak. Mobil tidak bisa masuk sama sekali. Motor pun sulit lewat, apalagi kalau hujan, jalannya licin dan membahayakan,” tutur Marthen.

Waktu pengerjaan yang sempit membuat timnya harus bekerja ekstra keras, bahkan hingga tengah malam. Dengan perlengkapan yang ada, pihaknya memanfaatkan mesin genset sebagai penerang agar dapat bekerja di malam hari. Meski lelah, semangat para prajurit tak surut dengan satu harapan agar warga di Kampung Babak lebih mudah menikmati akses jalan yang dikerjakan TMMD.

Kehadiran TMMD dianggap sebagai angin segar bagi warga Kampung Babak. Program ini membuka akses penting bagi masyarakat untuk beraktivitas dan memperlancar perekonomian. Ia menginginkan masyarakat benar-benar merasakan manfaat kehadiran TMMD, karena hal ini merupakan bentuk pengabdian TNI kepada rakyat.

“Ini bentuk pengabdian kami, TNI-AD kepada masyarakat Tambrauw. Kami ingin kehadiran kami benar-benar memberi manfaat nyata,” tutur Letnan Marthen.

Komandan Kodim 1810/Tambrauw, Letkol Infanteri Yudha Marathona menjelaskan, Program TMMD kali ini menitik-beratkan pada tiga kegiatan utama, yakni fisik, non-fisik dan bantuan sosial.

Untuk kegiatan fisik para prajurit TNI bersama warga merehab gereja, pembangunan sumur bor dan pembangunan akses jalan penghubung ke kampung. Rehabilitasi gereja menjadi prioritas karena kondisi bangunan yang sudah tidak layak pakai. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, gereja kini menjadi simbol kebangkitan dan semangat baru bagi warga Bambusbama.

Untuk mendapat asupan air bersih, sumur dibor hingga kedalaman 70 meter dan mampu menjangkau seluruh rumah warga. Sedangkan pembangunan jalan merupakan cahaya harapan bagi warga.

Jalan ini mempermudah akses ekonomi, pendidikan, dan kegiatan sosial, membuka potensi desa yang sebelumnya terisolasi. Pembangunan jalan ini melibatkan kolaborasi antara 45 prajurit TNI dan masyarakat setempat, termasuk tokoh adat dan tokoh agama, yang bekerja selama lebih dari dua minggu.

Lebih dari sekadar pembangunan fisik, kehadiran TMMD juga berperan dalam meneguhkan rasa kebangsaan. Distrik Bambusbama yang sempat dikenal “abu-abu”, dengan jejak aktivitas kelompok separatis, kini menunjukkan bahwa masyarakatnya tetap merah putih dan cinta tanah air. “Kehadiran kami memberikan pesan bahwa mereka masih bagian dari Indonesia,” tegas Dandim.

Distrik Bambusbama bukanlah wilayah yang mudah dijangkau. Curah hujan tinggi, jalan rusak sejauh 175 km dari kota, sinyal telekomunikasi yang minim, dan listrik yang belum masuk menjadi tantangan nyata. Namun, justru karena kondisi sulit inilah, TMMD hadir untuk memberi manfaat nyata bagi masyarakat.

Adanya TMMD bukan hanya membangun infrastruktur, tetapi juga membangun kepercayaan dan rasa aman bagi warga. Harapannya, desa ini bisa lebih berkembang, lebih mandiri, dan tetap teguh dalam cinta tanah air.

Bupati Kabupaten Tambrauw, Yeskiel Yesnath menyampaikan apresiasi kepada TNI yang telah memberikan perhatian besar atas pembangunan di wilayah Kabupaten Tambrauw.

Menurutnya, kehadiran TNI bukan hanya menjaga keamanan dan kedaulatan negara, tetapi turut membantu pemerintah daerah dalam mempercepat pemerataan pembangunan di wilayah pegunungan dan pesisir.

“Atas nama pemerintah daerah dan seluruh masyarakat Tambrauw, saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada TNI. Kehadiran mereka bukan hanya menjaga keamanan, tetapi juga menjadi mitra penting dalam membangun infrastruktur, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Yesnath.

Ia menambahkan, kerja sama antara pemerintah daerah dan TNI akan terus diperkuat melalui berbagai program pembangunan, terutama di wilayah-wilayah terpencil yang sulit dijangkau.

“Tambrauw ini luas, dan masih banyak kampung yang sulit diakses. Karena itu, sinergi dengan TNI sangat membantu kami dalam mewujudkan pemerataan pembangunan hingga ke pelosok,” tutup Bupati.

Kini, wajah Bamusbama mulai berubah. Jalan tanah yang dulunya sulit dilalui mulai diratakan, aliran air bersih mulai mengalir ke rumah-rumah, dan suara tukang yang memperbaiki gereja terdengar bersahutan dengan tawa anak-anak.

Meski perjalanan menuju kesejahteraan masih panjang, masyarakat Kampung Babak percaya bahwa setiap langkah kecil pembangunan membawa perubahan besar bagi generasi berikutnya. Di kampung yang dulu terisolasi ini, kini mulai tumbuh harapan baru, harapan bahwa Bamusbama akan semakin maju, terang, dan sejahtera.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.