Penulis: Muhammad Nasir Sukunwatan, S.IP
Adalah Sekretaris Jaringan Media Siber Indonesia PBD
SORONG, sorongraya.co – “Sudah saatnya Bapak pulang ke kampung lihat-lihat kebun, menanam untuk masa depan. Kini, giliran ade-ade yang melanjutkan pembangunan. Belajar yang baik untuk masa depan yang baik,” berikut penggalan kalimat yang disampaikan mantan Wali Kota Sorong, Lambert Jitmau, sekitar empat, lima tahun lalu, saat saya masih menjabat sebagai anggota Bawaslu Kota Sorong.
Kata Para Petuah, kalimat atau kata-kata yang keluar dari mulut seseorang adalah sebuah ungkapan yang mengandung do’a. Bisa saja yang disampaikan Lambert Jitmau saat itu adalah sebuah makna yang mengandung nasehat.
Secara “Psikologi” sejumlah senior Golkar di Papua Barat Daya menginginkan Lambert Jitmau atau Kader Partai Golkar sendiri yang menjabat sebagai ketua DPD Partai Golkar Papua Barat Daya, bahkan sejumlah politisi Golkar di Jakarta-pun apabila diberikan pilihan, tentu cenderung memilih seorang kader ketimbang mencari orang baru untuk memimpin partai berlambang pohon beringin itu. Alasannya mudah, seorang kader partai sudah tentu memiliki pengalaman dalam sepak terjang organisasi.

Baca: Warga Pergok Oknum Anggota TNI-AD, Diduga Curi 2 Unit Motor
Menurut seniman, politik adalah seni. Ada edukasi dalam politik yang namanya pendidikan politik. Ada juga Komunikasi Politik, ada juga etika berpolitik. Saya yakin Lambert Jitmau sudah tuntas soal itu. Secara tidak sadar LJ sapaan akrab Lambert Jitmau telah memainkan seni politik sejak Ia menjabat sebagai ketua DPD Golkar Kota Sorong, bahkan ada “bahasa masyarakat” yang menyebutkan Kalau LJ tidak ikut Pilkada Gubernur, maka Tidak Ramai dan Tidak Seru, bahasa kerennya, “Ga ada Lu, Ga Ramai”.
Artinya Ia telah menorehkan namanya di hati para praktisi politik, masyarakat, aktivis maupun para profesi. Salah satu contoh kata-kata LJ yang sampai saat ini dikutip masyarakat, “Dengar Baik, Baca Baik, dan Tulis Baik” ada juga “Garis Tangan, Tanda Tangan dan Pegang Tangan”.
Nama Lambert Jitmau kian meroket ketika menang di Musda Golkar Papua Barat saat itu melawan si “Singa Putih”, julukan Petarung Politik mantan Bupati Kabupaten Bintuni, Alfons Manibui.
Lambert Jitmau “Petarung politik yang bermental Baja”. Ia teruji saat merebut rekomendasi partai golkar pada Pilkada Gubernur Papua Barat Daya. Pilkada Pertama untuk Provinsi termuda di Indonesia dalam mengikuti pesta demokrasi lima tahunan.
Lambert saat itu “di atas angin”. Bagaimana tidak, publik di papua tau benar kedekatannya dengan Mantan Ketum DPP Golkar saat itu Airlangga Hartarto, kedekatannya juga dengan Ketua Komisi 2 DPR RI, Ahmad Doli Kurnia.
Secara logis, rekomendasi Golkar Papua Barat Daya jatuh ke tangan Lambert Jitmau, sebagai syarat untuk mendaftar di KPU Papua Barat Daya. Sayangnya impian politik itu kandas ketika Bahlil Lahadalia berhasil mengambil kendali Partai Golkar. Kehadiran senior HMI Cabang Jayapura ini tentu dinilai mengusik jajaran Pengurus Golkar dari pusat hingga ke daerah, termasuk cita-cita untuk mendapatkan rekomendasi Golkar di Pilkada 2024.
Bagi orang yang bukan politikus murni tentu akan sakit, bahkan stroke menghadapi kondisi seperti itu. Bagaimana tidak, perebutan untuk medapatkan rekomendasi golkar saat itu penuh drama, intrik politik yang begitu asik ditonton alur cerita perjuangannya. Meski begitu, bagi seorang petarung sepertinya masih memiliki cerita panjang.
Kans Politik Lambert Jitmau masih terbuka lebar, bahkan Ia memiliki pendukung fanatik yang masih solid. Ibarat emas, meski diletakkan diatas lumpur, nilainya masih tetap emas yang berharga. Begitu juga Lambert Jitmau, ketika tidak lagi menjabat sebagai ketua Golkar, saya yakin akan menjadi rebutan partai lain untuk memintanya sebagai ketua. Yah, itu kalau LJ menginginkannya.
Septinus Lobat Ukir Sejarah Politik di Partai Tua
Terpilihnya Septinus Lobat sebagai Ketua DPD Partai Golkar Papua Barat Daya, bukanlah akhir dari cerita politik Lambert Jitmau. Bagi seorang kader itu hal yang lumrah. Namun, justru yang luar biasa adalah seorang Septinus Lobat yang kelihatan “senyap” dengan langgeng memimpin partai tertua di kanca politik Indonesia, partai yang memiliki histories tentang perjuangan bangsa.

Septinus Lobat mencatat sejarah dalam perjalanan Partai Golkar. Ia berhasil menjebol “benteng pertahanan” partai yang dikenal begitu ketat dalam menjalankan aturan organisasi. Ia sebagai perintis bagi siapapun yang bukan kader, dapat menjadi ketua partai golkar, dengan catatan harus mengantongi Kartu Tanda Anggota atau KTA.
Padahal, dalam anggaran dasar partai untuk menjadi Ketua Umum, seseorang harus memenuhi syarat formil, yaitu pernah menjadi pengurus atau kader di salah satu tingkatan kepengurusan Golkar (DPP, DPD provinsi, atau kabupaten/kota) dalam jangka waktu tertentu, misalnya lima tahun.
Aturan ini mengindikasikan bahwa kepemimpinan partai secara internal mensyaratkan adanya rekam jejak sebagai anggota atau kader partai.
Meski demikian, public berharap di bawah kepemimpinan Septinus Lobat, Partai Kuning bergambar beringin ini mampu menciptakan sejarah baru dengan menambah jumlah kursi DPR pada pemilu 2030 mendatang.
Putra Moi itu terpilih secara aklamasi dihadapan puluhan kader golkar yang memiliki sepak terjang yang tak diragukan. Dalam sambutan perdananya Ia berkomitmen membesarkan partai golkar. Menurutnya Partai Golkar harus hadir dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
“Saya siap menguningkan papua barat daya,” janji Septinus Lobat di arena Musda Perdana Partai Golkar Papaua Barat Daya. Sabtu, 22 November 2025.
Golkar Partai Yang Paling Terbuka di Indonesia
Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia mengatakan Partai Golkar adalah partai paling terbuka di Indonesia. Hal ini disampaikan Bahlil dalam sambutannya di acara Pelantikan dan HUT ke-23 Angkatan Muda Partai Golkar di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa, 11 Februari 2025.

“Di Golkar ini sangat terbuka, dan siapa yang bekerja baik, siapa yang fokus dan siapa yang betul-betul mau mengabdi kepada negara lewat Partai Golkar, maka Insyaallah, dia juga bisa menggantikan saya sebagai Ketua Umum Partai Golkar,” ucapnya.
Usai melantik pengurus AMPG, Bahlil juga menyampaikan pentingnya peran anak muda di Pemilu 2029. Dia mengatakan, partai yang akan memenangkan Pemilu 2029 adalah partai yang mampu menarik sebanyak mungkin anak muda.
















