SORONG, sorongraya.co – Guna merefleksi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia ke 80 Tahun, Forum Alumni HMI-Wati atau Forhati Papua Barat Daya menggelar Seminar Sehari tentang Keperempuanan, yang mengangkat tema Perempuan Indonesia Merdeka.
Seminar yang diselenggarakan pada Sabtu, 16 Agustus 2025 di Mace Daeng, itu bertujuan memberikan pemahaman kepada peserta seminar tentang bagaimana dampak, dan cara pencegahan serta tindak kekerasan terhadap perempuan. Baik anak, remaja, gadis bahkan para kaum ibu-ibu yang menjadi korban kekerasan.
Ketua Forhati Papua Barat Daya, Fatmawati Tamima mengaku jika para perempuan Indonesia sudah saatnya berani melawan tindak kekerasan, terutama kekerasan perempuan yang dialami maupun didapati di tempat tinggal sekitar.
“Sejauh ini Forhati melihat hampir setiap saat terjadi tindakan kekerasan terhadap perempuan, catatan kami belum sampai satu tahun, terjadi kekerasan terhadap perempuan di kota sorong hampir 10 kali, baik siang maupun malam hari, peristiwa kekerasan bahkan hingga merenggut nyawa, olehnya itu perlu sekali dibuat seminar untuk memberi pemahaman kepada para wanita tangguh,” ujar Fatma kepada sorongraya.co.
Untuk memperkaya seminar tersebut, Fatma mengundang Empat orang pemateri yang ahli dibidang masing-masing. Adapun pemateri dalam kegiatan tesebut adalah Ketua Badan Koordinator Organisasi Wanita Papua Barat Daya, Ida Priyanti yang membawakan materi tentang Peran Aktivis Dalam Upaya Memajukan Kaum Perempuan.
Kepala Seksi Pidana Umum Kejaksaan Negeri Sorong, Stevan Lewis Mailoy pun turut ambil bagian dalam menyampaikan materi pada kegiatan tersebut. Adapun materi yang disampaikan Kasi Pidum Kejaksaan Negeri Sorong adalah Otoritas Negara Dalam Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan.
Lebih lanjut Fatma menjelaskan bahwa pada pemateri ke empat dibawakan oleh pimpinan media sorongraya.co, Muhammad Nasir Sukunwatan yang menyampaikan materi tentang Peran Media Dalam Isu Kekerasan Terhadap Perempuan.
Dari ke empat materi tersebut kata Fatma, Perempuan Papua Barat Daya harus berinovasi memperbaiki diri agar lebih baik. Perempuan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan perempuan adalah penentu peradaban generasi masa depan. Mengutip perkataan Kasi Pidum Kejaksaan Negeri Sorong, Stevan, jika diibaratkan anggota tubuh maka perempuan adalah leher, sedangkan laki-laki adalah kepala, jika leher putus maka kepala pun putus.
Fatma juga mengaku berdasarkan pemaparan materi yang disampaikan Kanit PPA Polresta Sorong Kota, Eka Tri Lestari Abusama, bahwa kekerasan seksual di kota Sorong naik 60 persen. Oleh karena itu perempuan harus berani melaporkan kejadian atau tindak kekerasan seksual di Polresta Sorong Kota maupun Polsek setempat.
“Perempuan tidak boleh lemah apabila ibu-ibu melihat ada terjadi indikasi kekerasan terhadap anak atau pada perempuan lain. Maka harus dilaporkan kepada Polisi. Sehingga ada langkah-langkah perlindungan yang dilakukan terhadap perempuan dan anak,” ucap Fatma.
“Pentingnya peran dan fungsi perempuan maka jurnalis pun hadir untuk melindungi kaum perempuan, dengan cara memberikan edukasi, informasi kepada masyarakat tentang segala bentuk kejahatan terhadap perempuan dan anak,” ucap Fatma.
Tak hanya itu, mantan ketua HMI Komisariat STAIN Sorong ini mengatakan bahwa peserta dalam kegiatan tersebut merupakan binaan Forhati Papua Barat Daya, yang berasal dari Sembilan desa binaan. Mereka adalah Ibu-ibu Kokoda km 8 Kota Sorong, Ibu-ibu Belakang Polresta Sorong Kota, Ibu-ibu Suprau, Ibu-ibu Negeri Sepa, Ibu-ibu Jami Dum, Ibu-ibu Kompleks Malibela, Remaja Putri Jami Dum, Perkumpulan pemuda Ali bin Abi Thalib dan Perkumpulan pemudi Fatimah Az Zahra.