SORONG, sorongraya.co – Kepala Kampung Persiapan Malasigi sekaligus Ketua Lembaga Pengelola Hutan Kampung (LPHK) Belempe, Manase Fami, meminta perhatian serius dari Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya terhadap kondisi infrastruktur jalan menuju destinasi wisata Malasigi, Distrik Klayili, Kabupaten Sorong.
Menurutnya, sejak Januari hingga Juli 2025, tercatat sebanyak 50 trip wisata batal karena kondisi jalan yang rusak parah menuju kampung tersebut.
“Jalannya bukan rusak biasa, tapi rusak parah. Hanya mobil double gardan yang bannya sudah dimodifikasi tinggi yang bisa tembus ke Malasigi. Mobil biasa tidak bisa,” kata Manase kepada media ini, Senin, 14 Juli 2025.
Kampung Persiapan Malasigi dikenal sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Sorong, dengan objek wisata utama berupa sumber air panas dan habitat lima jenis burung cenderawasih endemik seperti cenderawasih blarotan, dada biru, kuning kecil, mati kawat, dan cenderawasih raja.
Selain itu, kawasan ini juga memiliki goa alam, ekowisata reptil dan burung gurame liar, serta kekayaan budaya seperti tarian adat A’len, kerajinan anyaman, dan produk kuliner lokal seperti keripik pisang yang telah dijual di gerai-gerai seperti Alphamart dan UniMuda.
Manase menambahkan, tahun 2024 lalu, Kampung Malasigi berhasil meraih Juara I Nasional kategori Desa Perintis dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia. Namun hingga kini, minimnya perhatian terhadap pembangunan infrastruktur seperti jalan, homestay, area parkir, dan fasilitas umum lainnya menjadi hambatan utama pengembangan wisata.
“Kami sudah bangun wisata sejak 2022. Dukungan dari NGO seperti FFI, Kasuari, juga dari Dinas Pariwisata provinsi dan kabupaten, BKSDA, dan BPSKL, sangat membantu. Tapi tanpa jalan yang layak, semua jadi sia-sia,” ujarnya.
Rencananya, masyarakat Malasigi akan membangun portal masuk dan sistem karcis retribusi wisata, bekerja sama dengan pemerintah setempat agar pengelolaan lebih terarah. Manase juga menyatakan kesiapan warga untuk memberikan kontribusi berupa potong pajak sebagai bentuk tanggung jawab sosial terhadap fasilitas yang disediakan pemerintah, meskipun wilayah tersebut merupakan wilayah adat Suku Moi.
Manase menyebut bahwa pada tahun 2023 hingga akhir 2024, kunjungan wisata ke Malasigi meningkat tajam dengan rata-rata 12–15 trip per bulan. Namun, pada 2025 ini angka kunjungan menurun drastis akibat akses jalan yang makin memburuk.
“Kalau dari Tugu Merah ke Distrik Klaili sekitar 40 km. Tapi dari Kampung Klasuwat, yang merupakan buntut aspal, masih 30 km lagi ke Malasigi. Jalur inilah yang rusak parah,” jelasnya.