SORONG,sorongraya.co-Dalam upaya memperkuat pengelolaan sumber daya alam berbasis kearifan lokal, Konservasi Indonesia (KI) bersama para penggerak Sasi dari berbagai wilayah di Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) gelar Pertemuan Tahunan dan Lokalatih Jejaring Sasi 2025. Bertempat di Hotel Vega, Sorong, Papua Barat Daya.
Pertemuan ini menjadi ajang penting bagi penguatan kolaborasi lintas aktor, terutama antara masyarakat adat, lembaga konservasi, dan pemerintah daerah. Fokus utama kegiatan adalah membangun jejaring yang lebih kuat dalam pengelolaan sumber daya alam laut secara lestari, dengan mengangkat dan melembagakan praktik Sasi sistem pengelolaan berbasis adat yang telah terbukti menjaga keberlanjutan ekosistem laut dan pesisir.
Dalam sambutannya, Kepala BLUD UPTD Pengelolaan KKP Kepulauan Raja Ampat, Syafri, menekankan pentingnya dukungan pemerintah daerah dalam memperkuat dan melembagakan Sasi sebagai bagian dari program strategis daerah.
“Semoga dengan momen ini kita bisa bersatu memperkuat kembali jejaring kawasan. Kita mengharapkan perhatian yang lebih dari pemerintah daerah untuk bagaimana melembagakan Sasi ini menjadi bagian dari program resmi yang bisa terus kita dorong ke depan,” ujar Syafri.
Syafri juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi di lapangan, khususnya dalam hal pengawasan dan ketersediaan fasilitas pendukung bagi masyarakat adat yang menjalankan praktik Sasi. Ia menekankan bahwa sistem pengelolaan kawasan yang kuat harus diimbangi dengan penguatan kelembagaan adat yang menjaga kearifan lokal secara berkelanjutan.
“Kalau kawasan konservasi kuat, maka seharusnya Sasi juga harus lebih kuat lagi. Kita perlu memastikan kapasitas masyarakat adat terus diperkuat secara berkala. Masyarakat adat ini seperti satu sisi mata uang di satu sisi adalah aturan pemerintah, sisi lainnya adalah aturan adat,” tambahnya.
Melalui pertemuan ini, KI dan para mitra mendorong terbentuknya jalinan sinergi yang lebih erat antar-kawasan, serta memastikan bahwa nilai-nilai lokal tetap menjadi fondasi dalam setiap upaya konservasi.
Kehadiran tokoh-tokoh adat, pemangku kepentingan lokal, serta lembaga pendamping menjadi bukti bahwa pendekatan kolaboratif merupakan kunci keberhasilan dalam menjaga keberlanjutan ekosistem laut dan kesejahteraan masyarakat pesisir.