SORONG,sorongraya.co- Sampah styrofoam menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup masyarakat kepulauan serta lingkungan hidup yang harus segera dibenahi. Ancaman sampah styrofoam atau sampah plastik masih banyak ditemukan di berbagai Kepulauan di Indonesia.
Hal ini dapat terlihat dari data Administrasi Perekonomian dan Pembangunan di Kepulauan Seribu dimana menunjukkan 70 persen sampah harus dikirim ke Jakarta, termasuk limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3) menggunakan kapal pengangkut sampah Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
The Antheia Project bersama Universitas Paramadina dan Taman Nasional Kepulauan Seribu melihat ancaman kerusakan lingkungan masyarakat khususnya di Pulau Harapan dapat dibenahi dengan memberdayakan perempuan.
Sampah styrofoam atau plastik dapat diubah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Melalui workshop The Antheia Project berkolaborasi memberikan solusi nyata mengatasi masalah lingkungan juga sekaligus mengubah perilaku masyarakat agar memilih gaya hidup yang sustainable.
Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), 40 persen sampah di Indonesia dihasilkan oleh rumah tangga. Setiap rumah tangga ada peran penting dari seorang perempuan untuk bisa mengatasi masalah sampah.
Perempuan memiliki peran bagaimana mengurangi secara aksi, dan mengedukasi anggota keluarga serta masyarakat sekitar. Perempuan dapat menjadi sosok sentral dalam rumah tangga yang siap menjadi agent of change.
Perubahan tingkah laku tersebut itu dapat dimulai salah satunya lewat peran para ibu rumah tangga, dengan melakukan perubahan perilaku mengurangi sampah dengan memakai prinsip reduce, reuse, recycle (3R), dan mulai melakukan penanganan sampah rumah tangga, yaitu dengan melakukan proses memilah, mengumpulkan dan mengolah sampah rumah tangga.
The Antheia Project berinisiatif untuk membuat program bimbingan teknis untuk para perempuan di Pulau Harapan mengubah sampah styrofoam dan plastik atau sisa makanan dan minuman kemasan menjadi sebuah produk yang berharga kepada masyarakat.
Perempuan yang telah diberikan edukasi pengolahan sampah yang baik diharapkan dapat menjadi penggagas yang akan menyebarkan pemahamannya tentang pentingnya merubah cara pikir masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga.
Perubahan budaya dan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penanganan sampah di tingkat hilir, yaitu berkurang angka timbulan sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Workshop yang bertema #SayNoToStyrofoam ‘Memberdayakan Perempuan Lewat Sampah Daur Ulang’ adalah sebuah pengembangan kapasitas bagi ibu-ibu mengelola limbah terutama styrofoam, plastik, kain dan karet.
Sampah akan menjadi berbentuk barang-barang daur ulang yang sudah dibuat akan dijual di toko souvenir pulau Harapan agar wisatawan dapat membeli. Program workshop ini juga mendukung program pemerintah, target tahun 2025 bisa mengurangi 70 persen sampah ke laut.
Co-Founder of The Antheia Project, Ruhani Nitiyudo mengatakan kami ingin mengajak ibu-ibu di pulau Harapan untuk tidak hanya memilah sampah dengan benar, namun mengolahnya menjadi barang yang bisa digunakan lagi.
” Kami ingin mengajak Ibu-ibu pulau Harapan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik lagi,” ujarnya.
Ruhani berharap, hasil kerajinan dari sampah styrofoam dan plastik dapat dijual kembali kepada pengunjung pulau Harapan sehingga sampah tersebut tidak lagi merusak ekosistem laut, merusak alam atau dibakar agar standar hidup selaras dengan alam yang dulu bersih dari sampah dapat tetap dinikmati dan menjadi warisan bagi kesejahteraan bersama.
” Inisiatif ini juga sejalan dengan program ekonomi sirkular yang digagas oleh pemerintah untuk mengurangi styrofoam dan plastik dan meningkatkan ekonomi masyarakat,” kata Ruhani.
Ruhani menambahkan, berbagai program kami lakukan untuk mengurangi jumlah sampah. Sebelumnya kami juga melakukan Beach Clean Up 1 sampai 3 di Plulau Harapan. Antusias masyarakat pulau Harapan dalam mengurangi sampah sangat besar.
The Antheia Project yakin ketika seorang perempuan berdaya, mereka juga bisa memberdayaka anak-anak mereka. Perempuan berdaya akan mengutamakan beberapa aspek kehidupan, seperti kesehatan, pendidikan dan sanitasi yang menjadi poin utama dari kehidupan dan inisiatif ini menjalin kembali hubungan manusia dan alam.
Semoga hal kecil yang kami lakukan untuk Ibu-ibu Pulau Harapan dapat berdampak besar di masa depan,” ujar Ruhani.
Project Manager The Antheia Project, Ignatius Mario menambahkan, pulau Harapan sebagai lokasi yang strategis dalam memberikan edukasi pengelolaan sampah.
Materi Workshop Pengelolaan Limbah yang kami berikan adalah tentang pentingnya pengelolaan sampah dan cara mengelola sampah menjadi barang yang lebih bermanfaat, seperti pouch, rok dan tas.
Kami berdiskusi dengan Ibu-Ibu dari pulau Harapan mengenai kondisi sampah dan antusiasme mereka untuk membuat suatu produk menggunakan sampah atau barang bekas yang memiliki nilai ekonomi. Kami juga menunjukkan proses pembuatan dan sampel produk-produk yang dihasilkan melalui upcycling,” kata Mario.
The Antheia Project berharap, dapat berkolaborasi dengan organisasi lain dan pemerintah untuk pemasaran produk yang sudah dibuat oleh Ibu-ibu pulau Harapan.
” Kedepan The Antheia Project juga akan terus melakukan edukasi pengelolaan sampah dengan masyarakat pulau Harapan,” ujar Mario.
Di sisi lain, staf Penyuluh Kehutanan Taman Nasional Kepulauan Seribu, Firmansyah Kusumajaya mengatakan, Taman Nasional Kepulauan Seribu khususnya SPTN Wilayah II Pulau Harapan sangat mendukung kegiatan workshop ini.
” Kita tahu bahwa sampah sudah menjadi isu lingkungan yang sangat mengkhawatirkan,” tuturnya.
Firmansyah berharap, adanya kegiatan ini dapat mengurangi sampah di pulau Harapan. Sehingga laut kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu menjadi lestari dan ekosistemnya terjaga dengan baik”.
Sementara mahasiswa Universitas Paramadina Septiansyah Safutra menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dari tim The Antheia Project karena telah mendukung dan juga membantu kami dalam kegiatan workshop pengolahan limbah yang ada di pulau Harapan.
” Kami pun berterima kasih kepada Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu yang sudah mewadahi dan mendukung kegiatan workshop pengolahan limbah di pulau Harapan,” ujarnya.
Lebih lanjut Septiansyah mrngatakan, kegiatan berjalan dengan baik, sehingga kami bersama-sama dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat bank sampah di pulau Harapan.
Semoga kegiatan dan aksi peduli lingkungan akan terus dilakukan The Antheia Project kedepannya. Salam Aksi! Salam Konservasi,” ucapnya.