Metro

Pelantikan Tiga Kepala Suku di Raja Ampat Tuai Penolakan 

×

Pelantikan Tiga Kepala Suku di Raja Ampat Tuai Penolakan 

Sebarkan artikel ini

WAISAI, sorongraya.co – Pelantikan dan pengukuhan tiga kepala suku yang berlangsung di Kormansiwin Waisai, Jumat 20 Desember 2019, menuai penolakan keras dari beberapa anak-anak adat suku Maya. Tiga kepala suku yang dilantik yakni, suku Kawe, Laganyan dan Salawati Barat.

Pantauan media ini, usai pelantikan berlangsung sempat terjadi keributan serta adu mulut sesama masyarakat anak adat di Kormansiwin Kota Waisai. Kejadian ini sempat mengundang perhatian banyak orang, beruntung sejumlah anggota dari Polres Raja Ampat yang bertugas di lokasi cepat bertindak untuk mengatasi aksi keributan yang berlangsung.

Anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) Provinsi Papua Barat sekaligus anak adat suku Kawe, Cristin Ayello mengatakan pihaknya dengan tegas menolak pelantikan dan pengukuhan kepala suku tersebut. Apalagi, pelantikan itu tidak dilakukan di wilayah adat khususnya kepala suku adat Kawe Raja Ampat di atas tanah adat Suku Maya di tanah Raja Ampat.

“Kebetulan hari ini saya mau melakukan reses, tetapi keluarga memberitahukan jika akan diadakan pelantikan kepala suku. Hal ini penting untuk dibicarakan, karena salah satu yang ikut dilantik adalah kepala suku Kawe. Yang saya lihat dari struktur pelantikan saja sangat lucu karena yang melantik dari ketua DasMaya Klanafat. Orang Maya tahu betul belum pernah ada musyawarah besar untuk angkat ketua DasMaya Klanafat”, kata Cristin Ayello di Jl. Menuju Waiwo. Sabtu malam, 21 Desember 2019.

Sejumlah masyarakat adat Kawe yang menolak Pelantikan tiga kepala Suku Adat Maya Raja Ampat. [Foto-SR/David]

Menurut Cristin, 10 tahun pertama DasMaya diketuai oleh bapak Yohanis Arampele. Namun, beliau telah diganti oleh bapak Kristian Thebu hingga hari ini. Selain itu, DasMaya Klanafat juga tak pernah melakukan sosialisasi ke masyarakat adat, tetapi hari ini sudah melantik sejumlah sub suku.

“Ini sangat lucu dan terkesan sedikit berbeda pendapat sampai ada adu mulut,”ujarnya.

Cristin menambahkan, jika suku adat Kawe mau melakukan pelantikan kepala suku, seharusnya melewati proses musyawarah adat dahulu. Dimana ada ketua adat atau ketua keret harus hadir. Namun itu tidak terjadi, dan proses pelantikan hanya dihadiri 20 orang tanpa melibatkan yang lain.

“Kita tahu semua punya garis – garis keturunan adat suku besar Maya yang ada di Raja Ampat ini. Kenapa hari ini kami merasa penting untuk ada sedikit perdebatan, agar publik tahu proses pelantikan ini adalah keliru. Kami secara tegas sangat menolak pelantikan ini”, terangnya.

Sementara itu Biro Adat Dasmaya Klanafat, Isak Arampeley ketika dikonfirmasi mengatakan, proses pelantikan tiga suku adat dan ceritanya, MRP tidak memiliki hak untuk menolak. Sebagai ketua dewan adat, seharusnya tahu kebenaran dan dapat menceritakan sejarah dari Waigeo sampai Misool.

“Jadi, pelantikan kepala suku ini sah tidak ada yang dapat menghalangi dan mengatur. Silahkan mereka beranggapan ini, itu dan lain-lain, tetapi kami tetap dan terus berjalan”, pungkasnya. [dav]

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.