WAISAI, sorongraya.co – Warga Kampung Wailebet, Distrik Batanta Selatan, Kabupaten Raja Ampat pertanyakan program pembangunan homestay yang hingga kini terbengkalai. Homstay tersebut dibangun menggunakan anggaran Dana Desa tahun 2019.
Menurut salah satu Warga Wailebet yang enggan namanya disebutkan mengatakan bahwa, Dana Desa tahun 2019 tahap pertama kurang lebih sekitar sebesar Rp 240.60.000.000. Ada tiga program yang dilaksanakan, yakni Listrik, Perbaikan Pipa Air Bersih dan Pembangunan Tiga Unit Homestay Tradisional. Sedangkan ditahap kedua difokuskan untuk pengadaan mesin tempel.
“Program homestay itu sampai saat ini belum selesai. Masyarakat terus mempertegas kepala kampung agar secepatnya menggelar pertemuan sehingga masyarakat dapat mempertanyakan soal pembangunan yang tidak berjalan itu,” ucapnya saat di temui Wartawan, belum lama ini.
Berdasarkan hasil temuan pihak terkait, terbengkalainya pembangunan homstay tersebut dikarenakan kepala kampung Wailebet inisial AS dalam menganggarkan pembangunan itu diduga tidak sesuai dengan prosedur.
“Kebijakan sendiri itu melanggar prosedur dan itu kesalahan administrasi, karena anggaran yang diperuntuhkan pada program lain itu dialihkan kepada program lain,” terangnya.
Sementara sumberlain pun mengaku bahwa pembangunan homestay tradisional itu juga diluar dari pengetahuan bendahara kampung, sebab bendahara kampung Wailebet saat ini baru menjabat menjadi bendahara setelah anggaran dana desa tahun 2019 tahap awal dicairkan.
“Laporan pengeluaran terkait anggaran program-program desa sampai saat ini disusun oleh kepala kampung sendiri. Jadi bendahara kampung itu cuma menang nama dan hanya dibutuhkan tanda tangannya saja,” sambungnya.
Sementara itu Kepala Kampung Wailebet, AS saat dikonfirmasi sorongraya.co mengaku bahwa pembangunan homestay yang saat ini masih terbengkalai karena anggarannya digunakan untuk perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT – RI) tahun 2019 lalu.
“Saat itu Kampung Wailebet menjadi tuan rumah, sehingga kami mengambil kebijakan untuk mengunakan anggaran itu dalam pelaksanaan perayaan tersebut,” akunya.
“Sebenarnya anggaran itu dibebani dari masing-masing kampung sebesar Rp 5 juta, tetapi kami sebagai tuan rumah sehingga membiayai semua kebutuhan para tamu seperti makan minum selama kegiatan berlangsung,” tambahnya lagi. [dav]